Sukses

4 Beda Misteri MH370 dan AirAsia QZ8501

Sekilas kasus AirAsia Penerbangan QZ8501 mirip dengan apa yang terjadi dengan pesawat Malaysia Airlines MH370. Namun ada 4 pembeda besar.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk kali ketiganya di tahun 2004, pesawat maskapai Malaysia mengalami celaka saat mengangkasa. Minggu pagi 28 Desember 2014 pukul 06.17 WIB, AirAsia Indonesia QZ8501 hilang dalam penerbangan jarak pendek dari Surabaya menuju Singapura. Hingga berita ini diturunkan kapal terbang itu belum diketahui keberadaannya, pun dengan nasib 162 orang yang ada di dalamnya.

Tak ada sinyal darurat (distress call) atau ELT (Emergency Locator Transmitter) yang dipancarkan, tak ada puing ditemukan. Tiada petunjuk, hanya ada perairan luas untuk disisir, dan beragam tanda tanya besar.

Sejauh ini, kisah AirAsia Penerbangan QZ8501 mirip dengan apa yang terjadi dengan pesawat Malaysia Airlines MH370 yang lenyap sejak 10 bulan lalu, dalam penerbangan Kuala Lumpur menuju Beijing, China.

Namun, belakangan diumumkan kapal terbang itu berakhir di Samudera Hindia sebelah selatan, dekat Australia. Kasus itu menjadi salah satu misteri terbesar dunia penerbangan sepanjang sejarah.

Namun, sejumlah pengamat berpendapat 2 insiden tersebut berbeda. Berikut 4 beda tragedi Malaysia Airlines MH370 dan AirAsia QZ8501 seperti Liputan6.com kutip sebagian dari CNN, Senin (29/12/2014).

2 dari 5 halaman

Faktor Mencurigakan


1. Faktor Mencurigakan

Ada sejumlah hal mencurigakan saat MH370 hilang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, China pada 8 Maret 2014.

Salah satunya, transponder yang diduga sengaja dimatikan. Salah satu pilot, atau siapapun yang ada dalam kabin saat itu memutuskan transmisi radio.

Tak hanya itu, MH370 secara misterius melenceng jauh dari rute seharusnya, sebelum mengudara selama 4 jam sebelum lenyap tanpa jejak.

Boeing 777-200 ER nahas itu diduga dioperasikan secara autopilot dari busur pertama -- sesaat setelah MH370 berbelok ke selatan melewati ujung Pulau Sumatera hingga busur ketujuh di selatan Hindia Belanda -- yang dianggap lokasi paling mungkin di mana MH370 kehabisan bahan bakar dan membanting badannya ke samudera.

Dugaan pembajakan maupun teror mengemuka dalam kasus MH370, namun sejauh ini, tak ada hal aneh yang ditemukan di kasus AirAsia.

"Dalam kasus AirAsia, komunikasi terjadi secara wajar dengan pilot, terkait cuaca yang terlihat sulit ditembus, parah. Sang penerbang meminta naik ke ketinggian di mana ia bisa mengindarinya," kata Peter Goelz, pakar penerbangan sekaligus pejabat National Transportation Safety Board.

Pilot AirAsia sempat minta naik ke ketinggian 38 ribu kaki dan bergeser sebelah kiri untuk menghindari awan.

3 dari 5 halaman

Laut Versus Samudera

2. Dalamnya Lautan

Malaysia Airlines MH370 diyakini berakhir di dasar laut Samudera Hindia sebelah selatan. Area pencarian MH370 meliputi dasar laut di dan sekitar Broken Ridge (Ambang Patah), yakni gugusan gunung api bawah laut yang yang pernah menjadi batas dua lempeng geologi.

Kedua lempeng menyebar terpisah antara 20 dan 100 juta tahun yang lalu, dengan proses yang sama seperti yang ditemukan saat ini di Mid-Atlantic Ridge -- yang membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika. Tak seluruhnya telah dipetakan.

Sementara, untuk kasus AirAsia, pesawat tersebut diduga hilang di kawasan antara Pulau Belitung dan Tanjung Pandan, Kalimantan. Lautan di sana relatif lebih dangkal, dalamnya 'hanya' beberapa ratus kaki dan lebih sering dilalui.

Analis memperkirakan, pencarian AirAsia QZ8501 lebih mudah daripada MH370.

4 dari 5 halaman

Kesiapan Pemerintah dan Maskapai

3. Pelajaran Berharga

Beberapa jam setelah Malaysia Airlines MH370 lenyap Maret lalu, kebingungan melanda. Para pejabat Malaysia mengeluarkan informasi yang saling tumpang tindih, saling bertolak belakang, keluarga korban mengeluhkan perlakuan yang mereka terima.

Sementara, untuk kasus AirAsia, pemerintah dan pihak maskapai lebih siap. Pihak keluarga ditempatkan dalam ruangan khusus, disediakan akomodasi dan konsumsi, alamat serta nomor telepon mereka didata. Walikota Surabaya, Tri Rismaharini bahkan memerintahkan aparatnya untuk menjaga rumah korban, terutama kediaman keluarga yang seluruh anggotanya ada dalam pesawat nahas itu.

Informasi juga diberikan dengan jelas, konferensi pers diadakan tiap jam, untuk mengabarkan perkembangan pencarian, baik dari Bandara Juanda Sidoarjo maupun dari Jakarta.

CEO AirAsia Tony Fernandes langsung mengungkapkan keprihatinan dan simpatinya lewat Twitter beberapa saat setelah kecelakaan. Tak hanya memerintahkan bawahannya untuk menangani situasi, ia langsung datang ke Indonesia untuk memantau kondisi.

"Dalam kasus AirAsia, pihak pemerintah dan maskapai sejalan. Mereka mengutamakan pihak keluarga," kata Peter Goelz.

Pencarian juga dilakukan secara lebih efisien. Para pejabat Indonesia secara cepat membentuk rencana pencarian, menggunakan kapal Angkatan Laut. Dibantu oleh Singapura, Malaysia, dan Australia.

Tragedi Adam Air, Sukhoi di Gunung Salak, dan lainnya...Indonesia lebih berpengalaman menangani bencana.

5 dari 5 halaman

Keyakinan

4. Keyakinan

Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 rute Surabaya-Singapura melakukan kontak terakhir dengan menara kontrol di atas Tanjung Kelumpang, Belitung Timur.

Dengan informasi tersebut, dengan lokasi perkirakan yang lebih sempit dari MH370, serta lautan dan relatif dangkal, mantan Direktur kantor investigasi kecelakaan penerbangan (Office of Accident Investigations) Badan Penerbangan AS (Federal Aviation Administration) yakin, AirAsia QZ8501 akan segera ditemukan.

"Tak mengejutkan bagi saya jika pesawat yang hilang itu (AirAsia), misalnya, akan ditemukan 12 jam kemudian di siang hari. Sebab, ada keyakinan tinggi di lokasi mana ia diperkirakan berada. Kedalaman laut hanya sekitar 150 kaki, jauh berbeda dari 10.000 sampai 20.000 kaki di Samudera Hindia, di mana MH370 raib." (Ein/Riz)