Sukses

Sosok Kopilot AirAsia QZ8501 di Mata Keluarga Asal Prancis

Kopilot pesawat AirAsia QZ8501, Remi Emmanuel Plesel merupakan warga negara Prancis.

Liputan6.com, Paris - Remi Emmanuel Plesel menjadi salah satu orang yang berada di pesawat AirAsia QZ8501. Dia adalah kopilot asal Prancis yang mendampingi kapten pilot asal Sidoarjo, Iriyanto.

Renne Plesel, saudara perempuan Remi, mengatakan, kopilot yang memiliki pengalaman terbang selama 2.247 jam itu memang sudah bercita-cita sebagai juru terbang.

"Menjadi pilot adalah impiannya sejak kecil. Dan mimpinya kini menjadi kenyataan," kata Renne kepada radio Prancis, RTL, yang dimuat Sydney Morning Herald, Selasa (30/12/2014).

Dijelaskan dia, kopilot Remi telah menetap di Indonesia selama 3 tahun dan bekerja di AirAsia yang merupakan maskapai swasta milik Malaysia. "Menurutku dia adalah pilot yang mahir, salah satu pilot terbaik," kata Renee.

Perempuan tersebut mengaku tidak banyak berharap atas insiden hilangnya pesawat QZ8501. Dia mengaku pasrah dengan segala kemungkinan yang terjadi lantaran sudah lebih dari sehari kapal terbang tak bisa ditemukan.

"Saat pesawat kemungkinan jatuh dari langit, sangat jarang ada yang selamat," ujar Renne.

Sang ibu bernama Rolande Peronet-Plesel mengatakan dia mendapat kabar hilangnya AirAsia di rumahnya, di Prancis, pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat. Kabar itu didapat dari orangtua kekasih kopilot Remi.

"Sekarang kami sedang menunggu kabar. Menurutku, tim pencari tidak akan menemukan pesawat di lokasi yang sama dengan titik akhir," tandas Rolande.

Pesawat AirAsia Airbus A320-200 berangkat dari Bandara Internasional Juanda Sidoarjo pukul 05.20 WIB. Kapal terbang itu seharusnya tiba di Bandara Internasional Changi, Singapura pukul 08.30 WIB, namun hilang kontak pada pukul 06.17 WIB.

Pilot sempat minta izin ke menara ATC untuk mengubah haluan dan naik ke ketinggian 38 ribu kaki untuk menghindari awan berbahaya.

Serpihan

Baru-baru ini, Kepolisian Perairan Polda Kepulauan Bangka Belitung menerima laporan penemuan serpihan benda berbentuk segi empat berwarna merah. Laporan itu disampaikan seorang nelayan asal Kecamatan Belinyu.

"Tadi malam anggota kami di Beliyu mendapat informasi, katanya ada nelayan yang bernama Kaha yang melihat benda seperti serpihan pesawat pada Minggu 28 Desember sekitar pukul 08.00 WIB, namun nelayan itu tidak tahu benda apa dan melaporkannya ke Polair di Belinyu," ujar Kabag Bin Ops Polair Babel AKBP Adi Nugraha di Pangkalpinang.

Seperti dilaporkan situs media Singapura, Channel News Asia, berdasarkan pengamatan udara, puing yang ditemukan bentuknya mirip perosotan karet darurat dan pintu pesawat. Namun, belum dipastikan apakah serpihan itu terkait dengan AirAsia yang hilang.

"Kami menjumpai sekitar 10 objek besar, dan beberapa lainnya berwarna putih yang tak bisa ditangkap dengan menggunakan lensa kamera foto," kata Panglima Komando Operasi Angkatan Udara Marsekal Muda Agus Dwi Putranto.

"Posisinya sekitar 10 kilometer dari lokasi di mana pesawat AirAsia QZ8501 kali terakhir tertangkap radar. (Riz/Sss)