Sukses

6 Teori Jatuhnya AirAsia QZ8501

Satu pertanyaan besar yang belum terjawab adalah mengapa pesawat yang mengangkut 162 orang tersebut bisa jatuh ke perairan Selat Karimata.

Liputan6.com, Surabaya - Hingga saat ini, sudah ada 30 jasad penumpang AirAsia QZ8501 yang ditemukan oleh tim pencari gabungan yang dipimpin Badan SAR Nasional atau Basarnas. Yang terbaru, pihak Basarnas mendeteksi ada 2 objek besar yang dipastikan sebagai bagian dari pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC tersebut.

Tapi satu pertanyaan besar yang belum terjawab adalah mengapa pesawat yang mengangkut 162 orang tersebut bisa jatuh ke perairan Selat Karimata, antara Pulau Belitung-Sumatera dan Pulau Kalimantan?

Tak ada sinyal darurat (distress call) atau ELT (emergency locator transmitter) yang dipancarkan, tak ada puing ditemukan. Tiada petunjuk, hanya ada perairan luas untuk disisir, dan beragam tanda tanya besar.

Banyak analisis yang mencuat dari ahli penerbangan. Tapi satu yang pasti. Kebenaran soal jatuhnya pesawat rute Surabaya-Singapura itu baru bisa diungkap melalui black box atau kotak hitam yang terdiri dari cockpit voice recorders (CVR) atau percakapan di kokpit dan flight data recorder (FRD) atau rekaman data penerbangan.

Berikut 6 teori jatuhnya AirAsia QZ8501, seperti dimuat News.com.au, Sabtu (3/1/2015).

Mendarat Mulus di Laut>>>

2 dari 7 halaman

1. Mendarat Mulus di Laut

Sejumlah ahli menduga pesawat AirAsia QZ8501 berhasil melakukan pendaratan darurat di laut. Kapten pilot Iriyanto yang memiliki pengalaman terbang yang cukup lama diyakini bisa melakukannya tanpa dampak yang signifikan.

Namun saat pesawat sudah tiba di laut, ada ombak deras yang menerjang hingga pesawat tenggelam. Sinyal darurat ELT diduga mati saat kapal terbang masuk ke dalam air.

Akan tetapi, sejauh ini, dari 30 jasad yang ditemukan, tidak ada yang memakai life jacket atau rompi pelampung.

"Life jacket ditemukan sendiri, tidak dipakai oleh korban. Tidak ada itu," tegas Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo.

Direktur Perusahaan Konsultan Penerbangan Ailevon Pacific, Oliver Lamb berargumen bahwa pendaratan di laut sangat sulit dilakukan. "Ini hanya bisa dilakukan jika air laut tenang," ujar Lamb.

Pesawat Hancur Menghantam Laut>>>

3 dari 7 halaman

2. Pesawat Hancur Menghantam Laut

Teori lain menyebut pesawat hancur usai menghantam perairan. Hal itu terjadi setelah kapal terbang diduga jatuh karena aerodynamic stall atau kondisi di mana kapal terbang terjun bebas akibat tekanan udara yang tidak stabil.

Menurut seorang mantan pilot British Airways, Stephen Buzdygan pesawat AirAsia QZ8501 mengalami turbulensi yang cukup hebat dan jatuh ke laut. "Pilot sulit mengendalikan pesawat saat kondisi tersebut," ujar dia kepada Telegraph.

Cuaca Ekstrem>>>

4 dari 7 halaman

3. Cuaca Ekstrem

Teori lain menyebut cuaca ekstrem menjadi pemicu jatuhnya pesawat. Diketahui, cuaca di rute AirAsia QZ8501 saat itu sangat buruk dengan adanya awan kumulonimbus yang padat dan berukuran besar.

Ahli penerbangan Neil Hansford menilai menembus awan kumulonimbus merupakan langkah di luar perkiraan si pilot AirAsia. Kata dia, pilot sudah siap dengan rute ekstrem tersebut, tapi belum tentu siap untuk menembus awan kumulonimbus.

"Mungkin ini badai petir yang sangat ekstrem. Sangat jarang ada pesawat yang dirancang bisa melintasi cuaca tersebut," kata Neil kepada Nine News.

Sebelumnya diketahui, pilot AirAsia sempat meminta untuk bergeser ke kiri dan naik ke atas. Diduga untuk menghindari awan kumulonimbus. Namun pihak ATC dikabarkan tak mengizinkan naik ke atas karena ada pesawat lain yang melintas.

Ketinggian Ekstrem>>>

5 dari 7 halaman

4. Ketinggian Ekstrem

Terkait permintaan pilot untuk naik ketinggian demi menghindari cuaca buruk, muncul dugaan bahwa pesawat berada pada ketinggian yang ekstrem dalam waktu singkat. Misal 6.000-9000 meter per menit yang membuat pesawat menjadi tak terkendali.

Namun menurut Direktur Perusahaan Konsultan Penerbangan Ailevon Pacific, Oliver Lamb, hal itu sangat tidak mungkin. "Butuh energi lebih jika harus naik ke ketinggian ekstrem. Jika hal itu benar terjadi, aku tak pernah menyangka ada pesawat bisa seperti itu."

Catastrophic metal fatigue>>>

6 dari 7 halaman

5. Catastrophic metal fatigue

Spekulasi lain menduga pesawat AirAsia QZ8501 mengalami fenomena 'catastrophic metal fatigue' yang terjadi pada logam bagian pesawat dan membuatnya celaka. Secara harfiah, disebut 'kelelahan logam'. Kekuatan logam berkurang ibarat kawat yang dibengkokkan kedua arah berlawanan terus-menerus bakal melemah.

Namun demikian, menurut Direktur Perusahaan Konsultan Penerbangan Ailevon Pacific, Oliver Lamb, pesawat komersial yang digunakan saat ini sudah menjalani perawatan dan uji coba dengan baik. Jadi sangat tidak mungkin hal itu terjadi.

"Pesawat yang digunakan juga biasa masih terbilang baru. Setidaknya 7 tahun," ujar Lamb.

Terhempas karena Lambatnya Laju>>>

7 dari 7 halaman

6. Terhempas karena Lambatnya Laju

Spekulasi lain terkait jatuhnya AirAsia QZ8501 adalah karena pesawat mengalami midair stall hingga membuat pesawat terhempas ke bawah. Menurut Direktur Perusahaan Konsultan Penerbangan Ailevon Pacific, Oliver Lamb, kondisi tersebut karena kapal terbang bergerak begitu lambat.

"Hal ini sangat mustahil terjadi bagi pilot berpengalaman yang sudah mengetahui kecepatan minimum yang harus ditempuh," ungkap Lamb. "Pilot AirAsia pasti sudah sangat terlatih.

Lamb kembali menegaskan bahwa fakta penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 hanya bisa diungkap berdasarkan black box. (Riz/Ans)