Liputan6.com, Tenere - Pada 19 September 1989, Penerbangan UTA 772 diserang teroris Libya dan hancur di atas Gurun Sahara karena ledakan bom di ketinggian 35.100 kaki atau sekitar 10.670 meter. Puing-puing itu ditemukan di dekat kota-kota Bilma dan Tenere, Nigeria, dengan 170 korban tewas (155 penumpang dan 15 awak kabin).
 Delapan belas tahun kemudian, keluarga korban datang bersama-sama untuk menciptakan sebuah penghormatan kepada orang yang dicintai hilang di lokasi kecelakaan.
Karena lokasi yang terpencil dan sulit untuk mengumpulkan serpihan pesawat tersebut, keluarga korban bekerjasama dengan penduduk setempat untuk membuat monumen peringatan. Monumen buatan tangan tersebut menggunakan batu hitam dengan diameter lingkaran 200 kaki atau sekitar 60 meter.
Dilansir dari Wonderful Engineering, Jumat (9/1/2015), kerjasama dalam membangun monumen ini terekam melalui Google Maps, dimana batu-batu tersebut harus dibawa menggunakan truk dari sejauh 70 kilometer. Sekitar 170 cermin rusak dipasang di sekeliling lingkaran monumen untuk mewakili jumlah orang-orang yang tewas dalam kecelakaan pesawat itu.
Advertisement
Simak bagaimana penduduk setempat dan keluarga korban yang asing satu sama lain bergotong royong untuk menyelesaikan monumen tersebut. Anda juga bisa melihat koordinat 16°51’53″N, 11°57’13″E di Google Maps untuk melihat langsung monumen ini.
Peringatan UTA 772 diatas Gurun Sahara
1. Keluarga korban berkumpul di tempat kejadian
Â
2. Mengumpuli reruntuhan
Advertisement
Peringatan UTA 772 diatas Gurun Sahara
3. Batu hitam yang ditata dengan bantuan penduduk setempat
4. 60 meter garis peringatan
Peringatan UTA 772 diatas Gurun Sahara
5. Pecahan cermin yang digunakan untuk menghias perbatasan peringatan
6. 170 cermin yang digunakan untuk mewakili jumlah korban
Advertisement
Peringatan UTA 772 diatas Gurun Sahara
7. Tubuh utama pesawat
Peringatan UTA 772 diatas Gurun Sahara
8. Penyelesaian peringatan
Advertisement
Peringatan UTA 772 diatas Gurun Sahara
10. Peringatan yang terlihat dari atas