Sukses

Presiden Prancis: Aksi Fanatik Para Pelaku Tak Terkait Islam

Prancis tengah dilanda serangan teror. Setelah adanya penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo, terjadi pula aksi penyanderaan.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Prancis Francois Hollande menggelar konferensi pers setelah polisi menembak mati 3 teroris yang ulahnya telah merenggut sejumlah nyawa. Hollande yakin bahwa aksi ketiga pelaku tak terkait dengan Islam. Sebelumnya, para pelaku dilaporkan mengaku bahwa mereka dari organisasi militan Islam.

"Aksi fanatik (yang dilakukan para pelaku teror) ini sama sekali tak berkaitan dengan ajaran Islam," tegas Hollande, seperti dimuat BBC, Sabtu (10/1/2015). "Ini merupakan serangan anti semit yang penuh kebencian."

Pak Presiden juga mengapresiasi aparat yang telah berani beroperasi secara efektif untuk menangkap dan menghadapi pelaku yang dikenal sadis dan siap mati.

Perdana Menteri Prancis Manuel Valls mengatakan pihaknya harus berbenah dan mengevaluasi pemerintahan dalam negeri agar kejadian serupa tak terulang.

"Ada 17 orang yang tewas, ini artinya ada yang tidak beres di sistem kita ini," ujar Valls.

Seorang ulama di Prancis, Hassen Chalghoumi mengutuk penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo Paris oleh kelompok bersenjata yang seolah mengklaim secara sepihak sebagai balasan dari umat Islam. Dia menegaskan bahwa aksi teror kepada majalah satir tersebut jelas bukan ajaran Islam.

"Ini bukan ajaran Islam, tapi kejahatan barbar. Ini juga jelas bertentangan dengan prinsip kebebasan berpendapat yang telah diatur," ujar Imam di Masjid Drancy di Seine-Saint-Denis Paris itu, seperti dimuat Straits Times.

Kepala Dewan Muslim Prancis Dalil Boubakeur mengatakan bahwa komunitas muslim di Prancis begitu terkejut mengetahui aksi teror tersebut. Kata dia, serangan tersebut jelas merupakan tindakan yang provokatif dan memecah belah persatuan negara.

"Kami imbau semua pihak untuk tidak terprovokasi. Kita harus waspada adanya skenario dari pihak tertentu," kata Boubakeur.

Prancis tengah dilanda serangan teror. Setelah adanya penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo, terjadi pula aksi penyanderaan di sebuah supermarket Ibukota Paris.

Pada Rabu 7 Januari, kakak-beradik bernama Cherif dan Said Kouachi menyerang kantor majalah satire Charlie Hebdo, Paris hingga mengakibatkan 12 orang tewas, termasuk Pemimpin Redaksi Stephane Charbonnier dan 2 polisi.

Pelaku kemudian kabur ke utara Paris dan merampok sebuah SPBU. Tak lama berselang, seorang polisi wanita tewas ditembak. Beberapa jam kemudian, terjadi penyanderaan oleh seorang pria hingga berujung 4 sandera tewas. Penyandera juga meregang nyawa. (Riz)