Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pengadilan Federal Malaysia pada Selasa 13 Januari 2015 menjatuhkan vonis pidana mati pada 2 oknum polisi yang dinyatakan bersalah dalam kasus pembunuhan seorang model cantik asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu. Korban yang juga penerjemah itu tewas ditembak tepat di kepala dan jasadnya diledakkan dengan bahan peledak skala militer pada 2006 lalu.
Kematiannya menggegerkan Negeri Jiran, karena dibumbui skandal dengan seorang politisi ternama.
Pasca-putusan pengadilan tertinggi itu, eksekusi gantung membayangi 2 terpidana, Azilah Hadri dan Sirul Azhar Umar. Sebelumnya, mereka melenggang bebas dari penjara pada 2013 lalu, setelah pengadilan banding membatalkan keputusan yang dikeluarkan hakim di tingkat pertama.
Advertisement
Jaksa Tun Abdul Majid Tun Hamza mengatakan, 5 anggota dewan juri Pengadilan Federal secara bulat memutuskan pada hari Selasa 13 Januari 2015 bahwa penuntut mengetengahkan bukti yang meyakinkan dalam kasus tersebut. "Pengadilan Federal menjatuhkan hukuman mati atas mereka," kata Tun Hamzah.
Sementara, pengacara 2 terpidana, Kamarul Hisham Kamaruddin mengatakan, pihaknya akan mengikuti proses peradilan yang berlaku. "Kami menghormati keputusan tersebut dan akan mematuhinya," kata dia, seperti dikutip dari BBC, Rabu (14/1/2015)
Dibukanya kembali kasus Altantuya, disambut gembira sang ayah. Namun, "Hingga hari ini, saya tidak tahu kenapa dia dibunuh," ujar Setev Shaariibuu.
Altantuya Shaariibuu diketahui hilang pada 19 Oktober 2006. Sepupunya, melapor ke polisi dan meminta bantuan pihak Kedubes Mongolia di Bangkok.
Polisi Malaysia lalu menemukan fragmen tulang di lahan hutan dekat Bendungan Subang di Puncak Alam, Shah Alam. Yang kemudian dikonfirmasi sebagai bagian tubuh sang model.
Penyelidikan mengungkap, korban ditembak dua kali sebelum bahan peledak C-4 untuk menghilangkan jejaknya.
Kasus pembunuhan Altantuya menjadi salah satu skandal yang mengejutkan di Malaysia. Pasalnya, kasus ini diduga kuat diselimuti teori konspirasi politik.
Seorang politisi, Abdul Razak Baginda menjadi salah seorang yang terseret kasus ini. Razak kala itu sempat menolak tuduhan melakukan pembunuhan yang dialamatkan padanya. Tetapi setelah kasusnya itu ditutup pada 2008 dan diganti dengan penangkapan 2 orang polisi Malaysia, ia pun mengakui kalau dirinya memang punya hubungan istimewa bersama Altantuya -- namun terus membantah terkait pembunuhan korban. (Ein)