Liputan6.com, Sanaa - Pemerintah Yaman dan kelompok pemberontak Houthi sepakat menghentikan sementara pertempuran. Gencatan senjata ini diterapkan di ibukota Yaman, Sanaa, beberapa jam setelah pertarungan sengit antara pasukan pengawal presiden dan kelompok Houthi yang merupakan umat Syiah.
"Pemerintah Yaman dan kelompok Houthi sudah membentuk komite untuk mengawasi gencatan senjata," ucap Menteri Dalam Negeri Jalal al-Roweishan seperti dilansir BBC yang dikutip Liputan6.com, Selasa (20/1/2015).
Sementara itu, warga yang tinggal di dekat Istana Kepresidenan Yaman mengatakan tembak-menembak sudah mereda. Namun 3 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran paling sengit di Sanaa sejak gerakan Houthi menguasai ibukota itu.
Berdasarkan kesepakatan dengan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi, maka Houthi akan mundur dari ibukota begitu pemerintahan bersatu yang baru terbentuk.
Tapi kelompok pemberontak tersebut masih tampak berada di dalam kota dan menguasai beberapa kawasan yang didiami umat Sunni dan wilayah barat negeri itu.
Pada Senin 19 Januari 2015, asap tebal membubung dari jalanan di sekitar Istana Kepresidenan Yaman dan di sekitar kawasan militer di sebelah selatan ibukota. Ketika itu pasukan pengawal presiden dan pejuang Houthi melepas tembakan dengan menggunakan senapan mesin, roket peluncur granat, dan meriam.
Laporan-laporan tentang gencatan senjata sudah terdengar sejak pagi, namun baru tengah hari pertempuran mulai mereda.
Houthi Perkuat Pengaruh
Kelompok Houthi, yang merupakan umat Syiah, berhasil memasuki ibukota Sanaa awal tahun 2014 dan memperkuat pengaruhnya dalam bulan-bulan berikutnya.
Beberapa kali terjadi bentrokan antara mereka dengan beberapa kelompok suku dan juga kelompok milisi Sunni. Houthis juga ikut berperang melawan milisi Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP).
Houthi berasal dari masyarakat minoritas Zaidi Syiah dan melancarkan pemberontakan sejak 2004 untuk memperjuangkan otonomi yang lebih besar di Provinsi Saada, di sebelah utara negara itu.
Pada Rabu 17 Desember 2014, bom mobil meledak di Provinsi Bayda, Yaman. 15 Di antara korban tewas adalah anak-anak. Anak-anak itu sedang berada di dalam bus sekolah yang sedang melewati pos pemeriksaan yang dijaga kaum pemberontak Houthi Syiah, tatkala bom pertama meledak.
Bom kedua meledak tak lama sesudahnya di dekat rumah seorang tokoh Houthi, Abdullah Idris -- kelompok Syiah yang dipimpin oleh Sheikh Abdel-Malek al-Houthi. 10 orang meregang nyawa.
Para pemberontak menuding, pelakunya adalah kaum militan Al Qaida Semenanjung Arab (AQAP). Mereka sudah bertempur di Radaa sejak kaum Houthi mengambil alih kubu AQAP Oktober lalu, sebulan setelah mengambil alih ibu kota Sanaa.
Indonesia Keluarkan Travel Advice
Memanasnya kondisi di Ibukota Yaman Sanaa membuat Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi angkat bicara. Dia menyatakan bahwa KBRI setempat telah mengeluarkan travel advice atau imbauan perjalanan.
"Kita sudah (keluarkan travel advice)," sebut Menlu Retno di Jakarta, Kamis 9 Januari 2015.
"Biasanya begitu ada kejadian yang dilacak adalah apakah ada WNI, baru di situ (di [Yaman]( 2158506 "")) KBRI mengeluarkan alert atau warning advice untuk segera berhati-hati," sambung Menlu Retno. (Ans)
Yaman dan Pemberontak Houthi Sepakat Gencatan Senjata
Pemerintah Yaman dan kelompok Houthi sudah membentuk komite untuk mengawasi gencatan senjata
Advertisement