Liputan6.com, New York - Tergores kertas adalah hal biasa. Tapi, tak dipungkiri rasa sakit yang ditimbulkannya kerap terasa menyebalkan. Karena berdenyut sepanjang hari.
Sebenarnya, luka kecil yang seringkali diremehkan itu justru sebaliknya -- lebih parah dari yang dibayangkan.
Menurut penelitian para ilmuwan Scientific American seperti dibeberkan di News.com.au, Rabu (21/1/2015), luka tergores kertas itu sebenarnya bukan hanya sobekan kecil seperti yang terlihat. Tetapi luka bergerigi yang memotong tepat melalui kumpulan sel-sel saraf yang paling sensitif.
"Luka tergores kertas tak sesederhana itu. Tepi lembaran benda tipis itu memang tampak halus, tetapi sebenarnya bergerigi," ucap Ferris Jabr dari Scientific American.
"Potongan kertas yang menggores kulit itu lebih seperti gergaji kecil daripada pisau. Meski tak terlihat mengerikan, kertas meninggalkan partikel kimia, bisa membuat iritasi luka yang ditimbulkan," tambah Jabr.
Jabr mengungkap, karena tak ada banyak darah mengalir saat tergores kertas. Orang juga cenderung tak memperdulikannya.
"Karena lukanya dangkal, mereka tidak berdarah atau cepat membeku. Tapi merusak jaringan kulit dan sel saraf neuron," jelas dia.
"Setiap kali kita bergerak, maka luka tersebut akan terbuka dan mengganggu syaraf neuron yang terluka itu," beber Jabr.
Maka tak ada salahnya menggunakan plester penutup, agar luka goresan tak terbuka dan tak menimbulkan rasa sakit serta mencegah infeksi. (Tnt/Ein)
Â
Advertisement