Sukses

Presiden dan PM Yaman Mundur, Parlemen Menolak

Beberapa laporan menyebutkan parlemen Yaman menolak permintaan mundur Presiden Abd Rabbuh Mansour al Hadi.

Liputan6.com, Sanaa - Di tengah berlanjutnya konflik antara pemerintah Yaman dan kelompok pemberontak Houthi, Presiden Abd Rabbuh Mansour al Hadi dan Perdana Menteri Khaled Baha menyatakan pengunduran diri. Namun, beberapa laporan menyebutkan, parlemen Yaman menolak pengunduran diri sang presiden.

"Para menteri tidak bersedia ditarik ke dalam kebingungan politik yang tidak konstruktif," ucap PM Khaled Baha dalam pernyataan pengunduran diri seperti dilansir BBC yang dikutip Liputan6.com, Jumat (23/1/2015).

Sementara itu, kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah sudah menguasai ibukota Sanaa. Mereka bahkan tetap menyandera kepala staf kepresidenan yang diculik pekan silam.

Sebelumnya muncul berita tentang kesepakatan gencatan senjata pada Rabu 21 Januari 2015. Dengan imbalan kelompok Houthi akan mendapat perwakilan yang lebih banyak di pemerintah, namun mundur dari istana maupun rumah Presiden Hadi.

Namun di lapangan, kelompok Houthi -- yang masuk ke Sanaa pada September tahun lalu -- belum mundur dari posisi-posisinya.

Dalam pekan ini, berlangsung tembak menembak antara pasukan pemerintah dan para pendukung Houthi di Sanaa.

Pada Senin 19 Januari lalu, kelompok Houthi melepas tembakan ke iring-iringan PM Baha, yang kemudian berlindung ke istana presiden. Selanjutnya pada Rabu 21 Januari 2015, kediaman Presiden Mansour Hadi yang ditembaki sehingga merusak gencatan senjata yang sempat disepakati.

Houthi melancarkan perjuangannya sejak tahun 2004 untuk mendapat otonomi yang lebih luas di Provinsi Saada. Adapun pemerintah Yaman merupakan salah sekutu penting Amerika Serikat dalam perang melawan Al-Qaeda di kawasan tersebut. (Ans)

Video Terkini