Sukses

Sekelompok Pria Bersenjata Tembaki Hotel di Libya, 9 Tewas

Beberapa pria bersenjata menyerbu Corinthia Hotel di Tripoli, Libya. Mereka melepaskan tembakan di ruang tunggu tamu.

Liputan6.com, Tripoli - Beberapa pria bersenjata menyerbu Corinthia Hotel di Tripoli, Libya. Mereka melepaskan tembakan di ruang tunggu dan menewaskan 9 orang.

"Lima di antaranya termasuk warga asing. Empat penjaga keamanan yang dua di antaranya warga AS dan Prancis. Beberapa orang dilaporkan terluka," kata para pejabat seperti dikutip dari BBC, Rabu (28/1/2015).

Sebuah bom mobil juga dilaporkan meledak di dekatnya. Sebuah sumber keamanan mengatakan kepada BBC, bahwa seorang pria bersenjata telah ditangkap.

Kematian warga Perancis dan Amerika telah dikonfirmasi oleh pemerintah masing-masing. Namun Departemen Luar Negeri AS belum memberikan rincian lebih lanjut.

Salah satu sumber di tempat kejadian mengatakan ada tiga hingga lima penyerang dalam insiden tersebut.

"Saya tiba-tiba mendengar tembakan dan melihat orang-orang berlari ke arah saya, dan kami semua berhasil kabur dari belakang hotel melalui garasi bawah tanah..," ungkap seorang warga sipil yang menyaksikan serangan itu.

Salah satu karyawan hotel mengatakan, hotel sedang kosong saat serangan terjadi. Sejumlah perusahaan asing memiliki kantor darurat di hotel yang juga dijasikan tempat tinggal orang asing di Libya.

Sebuah akun Twitter terkait dengan Negara Islam (IS) atau ISIS mengatakan kelompok mereka yang telah melakukan serangan itu. Ada bukti kuat ISIS telah berada di timur kota Derna sejak Oktober.

Corinthia Hotel digunakan oleh diplomat asing dan pejabat pemerintah. Dukungan Misi PBB di Libya (Unsmil) juga kerap menyelenggarakan beberapa seminar di hotel tersebut.

Perdana Menteri Libya Abdullah Al-Thinni mengutuk serangan itu, dan berjanji untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab.

Sementara itu, kepala urusan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini, juga mengutuk serangan yang terjadi dalam putaran kedua perundingan damai antara faksi-faksi Libya yang berakhir di Jenewa.

Kondisi Libya tidak stabil sejak sang pemimpin Muammar Khadafi digulingkan pada Oktober 2011. Sejak saat itu, banyak milisi mengatur sendiri wilayah kekuasaan mereka. Sementara pemerintah berjuang untuk melakukan kontrol kepada mereka. (Tnt/Mut)