Sukses

Kondisi Kian Memburuk, Kedubes AS di Yaman Angkat Kaki

Duta besar meminta kedutaan Turki atau Aljazair di Sanaa untuk menjaga barang-barang berharga pihak AS di sana.

Liputan6.com, Sanaa - Amerika Serikat (AS) menutup kedutaan besarnya di Yaman. Kondisi keamanan di negara tersebut yang semakin memburuk setelah kelompok pemberontak menguasai ibukota, menjadi penyebabnya.

Karyawan kedutaan di Sanaa mengatakan pihak kedutaan telah mengamankan dokumen dan senjata. Para staf juga telah diperbolehkan untuk angkat kaki meninggalkan ibukota selama beberapa hari terakhir, hingga dilakukan penutupan sepenuhnya pada Rabu (11/2/2015).

Duta besar telah memberitahu mereka bahwa pihak AS meminta kedutaan Turki atau Aljazair di Sanaa, untuk menjaga barang-barang berharga kedutaannya yang ditutup. "Duta besar dan seluruh staf akan meninggalkan kedutaan pada Rabu malam," ujar seorang karyawan seperti dikutip Reuters.

Pada hari Minggu, kedutaan AS menyatakan hal tersebut melalui situsnya. Menyampaikan bahwa mereka menghentikan semua layanan konsuler sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Karyawan di kedutaan Inggris, Prancis dan Jerman di sana juga menyatakan telah mengamankan dokumen berharga, dan memberikan staf lokal cuti selama dua bulan. Tapi mereka belum mengumumkan penutupan pada kedutaannya.

Kedubes AS telah mengurangi stafnya setelah pemberontak Syiah dari gerakan Houthi bergerak terhadap Presiden Abd-Rabbu Mqansour Hadi bulan lalu, di mana mereka mengusai kantor kepresidenan hingga ia dan pemerintahannya kemudian mengundurkan diri.

Indonesia Keluarkan Travel Advice

Memanasnya kondisi di Ibukota Yaman Sanaa juga membuat Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi angkat bicara. Dia menyatakan bahwa KBRI setempat telah mengeluarkan travel advice atau imbauan perjalanan.

"Kita sudah (keluarkan travel advice)," sebut Menlu Retno di Jakarta, Kamis 9 Januari 2015.

"Biasanya begitu ada kejadian yang dilacak adalah apakah ada WNI, baru di situ (di [Yaman]( 2158506 "")) KBRI mengeluarkan alert atau warning advice untuk segera berhati-hati," sambung Menlu Retno. (Tnt/Mut)