Sukses

Tragedi Khojaly, Pembantaian yang Terlupakan

Pada 25-26 Februari 1992, setidaknya 161 penduduk etnis Azerbaijan tewas. Sejarah mencatat momentum itu sebagai Pembantaian Khojaly.

Liputan6.com, Jakarta - Hari kelabu, 25-26 Februari 1992, setidaknya 161 penduduk etnis Azerbaijan tewas. Sejarah mencatat momentum itu sebagai Tragedi Khojaly atau Pembantaian Khojaly.

Menurut Azerbaijan, Human Rights Watch dan pengamat internasional lainnya, pembantaian diduga dilakukan oleh angkatan bersenjata Armenia dengan bantuan Regimen Rusia ke-366

Meski 23 tahun berlalu, luka di hati warga Azerbaijan belum sembuh. Masih ada utang yang belum dituntaskan pada mereka yang terbunuh, juga keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih: keadilan atas kematian para korban.

Yang disayangkan, masyarakat dunia dinilai kurang memperhatikan insiden tragis itu. Namun, Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Qarayev yakin,  suatu saat masalah tersebut bisa diselesaikan.

Menurut dia, apa yang terjadi di Khojaly sama sekali tidak boleh terlupakan atau teracuhkan. Dia mengatakan, negara sahabat Azerbaijan -- seperti Indonesia -- harus tahu apa yang telah dilakukan militer Armenia di Khojaly.

"Azerbaijan ingin berbagi kisah pada negara-negara sahabat tentang apa yang terjadi di Khojaly 23 tahun lalu, ketika tentara Armenia melakukan genosida terhadap warga muslim Azerbaijan," sebut Qarayev dalam seminar 'Keadilan untuk Khojaly, Pelajaran untuk Masa Depan' di Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (11/2/2015).

"Khojaly adalah kota tua dan bersejarah, tapi Armenia mencoba membasmi kota itu hingga terhapus selamanya dari peta," sambung dia.

Qarayev juga sangat menyayangkan ketidakhadiran Dubes Armenia dalam acara dialog itu. Diharapkannya, jika Dubes Armenia hadir bisa memberikan komentar mengenai masalah Khojaly dari sudut pandang pihaknya.

Hubungan Armenia-Azebaijan

Selain masalah Khojaly, Dubes Qaravey berkomentar terkait relasi Armenia dan Azerbaijan. Ia menyebut sampai saat ini kedaulatan Armenia tidak diakui negaranya. Begitu juga sebaliknya.

"Kami tidak mengakui mereka dan mereka tidak mengakui kami. 20 Persen wilayah kami diduduki Armenia dan semua penduduk di Kota Karabah dihancurkan mereka," imbuh dia.

Melihat hal tersebut, Dubes Qarayev mengatakan sudah ada tindakan yang dilakukan masyarakat dunia khususnya organisasi Islam internasional. Namun, ia menegaskan,  terkait penyelesaian masalah kedua negara, Azerbaijan hanya mau jalan damai.

"Sebenarnya sudah ada resolusi dari negara-negara Islam untuk memberikan sanksi pada Armenia. Ini sangat penting, karena kami tak ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan pendekatan militer," papar Qarayev

"Azerbaijan jauh lebih besar dari Armenia tapi kami ingin menyelesaikan masalah dengan cara damai," pungkas Qarayev. (Tnt/Ein)