Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto mendapat perlakuan tidak mengenakan. Dia diusir dalam acara formal penyerahan surat kepercayaan (credential) oleh Presiden Dilma Rouseff pada 20 Februari 2015 lalu.
Perlakuan Brasil tersebut tentu bisa dikatakan sangat buruk. Mengingat, warga mereka menjadi pelaku kejahatan narkoba yang merusak generasi bangsa Indonesia.
"Perlakuan Brasil dalam dunia diplomasi sungguh sangat tidak terpuji dan telah melanggar tata krama berdiplomasi," kata Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto dalam pesan singkatnya, Senin (23/2/2015).
‎Hikmahanto menilai, penarikan Toto pulang ke Indonesia oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi sudah tepat. Sebab, sebagai bangsa besar Indonesia tidak bisa menerima perlakuan negeri Samba tersebut.
Pada saat bersamaan, Menlu Retno juga melayangkan nota protes diplomatik pada Pemerintah Brasil.
"Tindakan Kementerian Luar Negeri RI telah benar. Indonesia tentu tidak bisa menerima perlakuan (buruk) dari pemerintah Brasil," ujar Hikmahanto.
Hikmahanto menambahkan, tindakan Brasil yang mengusir Toto merupakan sebuah tindakan yang tidak menghormmati Indonesia. Karena, dalam acara tersebut perwakilan dari Indonesia ‎telah mendapat undangan resmi dari pemerintah negeri Samba.
"Tindakan Brasil ini berisiko untuk memperburuk hubungan antardua negara yang telah lama terjalin dan saling menguntungkan," ujar Hikmahanto.
Sebelumnya, Presiden Brasil Dilma Rouseff menolak kehadiran Dubes Indonesia Toto Riyanto dalam acara formal penyerahan surat kepercaayaan (credential), Jumat 20 Februari 2015 lalu.‎ Ia mengusir Toto tanpa alasan. Meski sang dubes telah mendapat undangan resmi dari Pemerintah Brasil dan sudah berada di Istana Kepresidenan negara tersebut. (Tnt/Mut)