Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, 73 tahun yang lalu, menjadi saat-saat terakhir bagi USS Langley (CV No. 1), kapal induk pertama milik Amerika Serikat. Dalam sebuah peristiwa tragis di tengah pertempuran sengit di Laut Jawa.
Kala itu, USS Langley ditugaskan mengirim 32 pesawat P-40 Warhawks, para pilot, kru, dan perlengkapan lainnya ke Tjilatjap atau Cilacap-- sebuah kota kecil di selatan Pulau Jawa yang memiliki arti penting pada masa awal invasi Jepang ke Hindia Belanda.
"Tjilatjap (Cilacap) digunakan sebagai lokasi evakuasi personel tentara Sekutu dan warga negara Belanda," demikian Liputan6.com kutip dari situs Pacific Wrecks.com.
Warga Belanda dari segala penjuru berdatangan, berusaha lari dari Hindia Belanda menuju Australia dan kemudian pulang ke Tanah Airnya. Cilacap saat itu juga satu-satunya pelabuhan di Jawa di mana kapal bisa mengirimkan kargo dalam kondisi relatif aman.
Baca Juga
(Foto: Suasana pelabuhan Cilacap di masa awal invasi Jepang/www.netherlandsnavy.nl)
Advertisement
Saat itu, pihak sekutu yang terdesak membutuhkan pesawat-pesawat terbang tersebut untuk membantu mempertahankan Jawa dari Jepang. Maka, USS Langley diberangkatkan dari Pelabuhan Fremantle, Australia, 22 Februari 1942. Butuh waktu 5 hari baginya untuk tiba di pelabuhan kecil di dekat Pulau Nusakambangan itu.
Namun, kapal itu tak sempat berlabuh. Pagi jelang siang, 27 Februari 1942 pukul 11.40, Langley yang berada di 121 km selatan Cilacap, Jawa Tengah jadi target serangan 9 pesawat bomber bermesin ganda milik Jepang, Aichi D3A.
Serangan pertama gagal, yang kedua meleset. Dielak oleh manuver nakhoda USS Langley, Cdr. Robert P. McConnell. Pada serangan ketiga, Langley tak berdaya. Lima ledakan sekaligus menghantamnya. Tak cuma itu, 16 kru yang ada di dalamnya tewas.
Bagian atas Langley terbakar hebat, kemudi rusak, ruang mesin dibanjiri air laut. Ia tak lagi mampu bergerak dan terjebak dalam posisi miring. Pukul 13.32 perintah untuk meninggalkan kapal disahkan.
Kapal yang mengiringinya, USS Whipple, lantas menembakkan 9 peluru kaliber 4 inchi dan 2 torpedo ke arahnya -- untuk memastikan Langley tak jatuh ke tangan musuh. Ia lalu tenggelam.
Nasib nahas Langley diikuti 2 kapal lainnya. Awak kapal USS Langley yang dipindah ke USS Pecos hilang saat kapal itu tenggelam di rute menuju Australia. Sementara, 31 dari 33 pilot yang ditugaskan ke Pursuit Squadron Ke-13 hilang bersama USS Endsall saat kapal itu karam -- tatkala menjawab panggilan darurat dari Pecos.
Sehari kemudian, USS Sea Witch berhasil berlabuh dengan selamat ke Pelabuhan Cilacap dan kembali ke Australia tanpa terdeteksi Jepang. Kargo pesawat yang diangkutnya segera dikirim ke Bandoeng (Bandung) untuk dirakit secara tergesa-gesa oleh teknisi tentara yang tersisa.
Pada tanggal 8 Maret 1942, Cilacap diduduki oleh Jepang. Dan hari berikutnya giliran seluruh Jawa.
Selanjutnya: Dari Pengangkut Batu Bara Jadi Kapal Induk...
Dari Pengangkut Batu Bara Jadi Kapal Induk
Dari USS Jupiter
Sejarah USS Langley diawali pada 18 Oktober 1911 dengan wujud dan nama berbeda. Saat itu, konstruksi sebuah kapal besar resmi dimulai di Mare Island Naval Shipyard, Vallejo, California. Dihadiri langsung Presiden Amerika saat itu, William H Taft.
Tak sampai setahun, pada 14 Agustus 1912, bahtera itu diluncurkan dengan nama USS Jupiter.
Jupiter bertugas melengkapi armada Korps Marinir AS pada Perang Dunia I. Mengangkut kargo, batubara, kadang membawa pasukan. Tugasnya dinyatakan berakhir pada 24 Maret 1920.
Lalu sejarah baru dimulai, Jupiter diubah menjadi kapal induk pertama milik Amerika Serikat di Norfolk, Virginia. Pada 11 April 1920, ia berganti nama menjadi USS Langley, sebagai penghormatan atas jasa Samuel Pierpont Langley -- astronom, fisikawan, pelopor aeronautika, dan insinyur pesawat terbang AS.
USS Langley mendapat nomor lambung CV-1. Ditugaskan untuk kali pertamanya di bawah komando Kenneth Whiting pada 24 Maret 1920.
Jangan bandingkan Langley dengan kapal induk AS yang ada saat ini -- yang besar, bobot lebih dari 100 ribu ton kuat, dan ditenagai nuklir.
Langley hanya memiliki berat 11.500 ton. Misinya saat itu adalah melakukan eksperimen -- bagaimana cara terbaik agar pesawat bisa lepas landas dan mendarat di sebuah bidang terbang terbatas dan yang terus bergerak.
"Langley adalah platform dari mana penerbang Angkatan Laut AS, yang dipandu oleh Kapten Joseph M Reeves, mengembangkan teknik operasi dan teknik yang esensial menentukan kemenangan dalam Perang Dunia II," demikian diungkap Pusat Sejarah Angkatan Laut AS, US Naval Historical Center, seperti Liputan6.com kutip dari CNET, 17 Oktober 2013.
Langley memang tidak dibangun dari awal, tapi konversi dari sebuah kapal yang tugasnya sama sekali tak glamor -- mengangkut batu bara dan kargo: USS Jupiter.
Apa pun, Langley adalah sebuah inovasi. "Kapal AL pertama yang didorong oleh oleh motor listrik, merupakan prototipe rekayasa untuk sistem propulsi listrik yang digunakan dalam kapal AL lebih dari dua dekade berikutnya."
Ia juga menjadi kapal pertama yang melintasi Terusan Panama dari Barat ke Timur.
Pada awal 1937, Langley yang teknologinya sudah disalip kapal induk yang lebih besar dan cepat, beralih fungsi menjadi pengangkut pesawat amfibi.
Selain tenggelamnya kapal induk pertama milik AS, tanggal 27 Februari juga menjadi momentum sejumlah peristiwa penting dalam sejarah dunia.
Pada 1962, Presiden Vietnam Selatan berhasil lolos tanpa cedera apa pun dalam insiden pengeboman istana presiden di Saigon yang dilakukan 2 pesawat tempur.
Pada tahun 2010, gempa berkekuatan 8,8 SR mengguncang Chile, menewaskan lebih dari 500 orang, dan melukai ribuan lainnya. Lindu memicu tsunami yang pantulan gelombangnya menerjang Hawaii beberapa saat kemudian.
Sementara pada 27 Februari 2012, bagian dari apartemen berlantai 9 di Kota Astrakhan, Rusia runtuh akibat ledakan gas alam. Sepuluh orang tewas, 12 lainnya terluka. (Ein/Ans)
Advertisement