Liputan6.com, Washington - Normalisasi hubungan Amerika Serikat (AS) dengan seteru abadinya Kuba tampaknya akan segera terwujud. Hal ini terkait rencana Presiden Barack Obama untuk membuka Kedutaan Besar AS di Havana.
Dalam wawancara dengan kantor berita Inggris, Reuters, tidak main-main, Obama menginginkan rencananya ini bisa terealisasi dalam waktu dekat. Obama bahkan mengharapkan pembukaan kedutaan ini dilakukan sebelum pertemuan Western Hemisphere di Panama City pertengahan April.
"Harapan saya kami bisa membuka kedutaan (di Kuba), beberapa hal dasar sudah kami lakukan semoga bisa terwujud sebelum pertemuan di Panama City 10-11 April nanti," ujar Obama, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/3/2015).
"Tapi perlu diingat normalisasi hubungan secara penuh tak bisa terwujud segera. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," sambung dia.
Keputusan Obama untuk membuka hubungan diplomatik dengan Kuba diwarnai beberapa kritikan. Namun, Presiden AS yang sempat menghabiskan masa kecilnya di Indonesia ini bergeming.
Dia mengatakan, normalisasi didasari alasan kuat. Alasan itu adalah AS ingin melihat perubahan di Kuba dan hal tersebut dalam pandangan Obama mulai terlihat di negara itu.
"Kami akan menyusuri jalan ini. Dengan membuka hubungan dengan Kuba maka kami akan membantu perubahan di Kuba. Sekarang kami sedang melihat perubahan itu," kata Obama.
"Pada kenyataannya, sejak pengumuman (normalisasi), Pemerintah Kuba sudah mendiskusikan cara-cara bagaimana mereka menata perekonomian, mengakomodasi investasi asing. Kami pun melihat sudah banya rangkaian perubahan yang menjanjikan di sana," papar Obama.
Hubungan diplomatik AS-Kuba putus sejak 54 tahun lalu. AS menuduh negara di Amerika Tengah itu sebagai salah satu sponsor gerakan terorisme dunia.
Menanggapi tudingan AS, Kuba tidak tinggal diam, mereka terus membalas komentar AS dengan kalimat-kalimat provokatif. Akibat dari itu, Negeri Paman Sam memutuskan menjatuhkan embargo ke Kuba yang menyebabkan ekonomi negara tersebut luluh lantah. (Ger/Yus)