Liputan6.com, Kairo - Pemerintah Mesir mengumumkan rencana untuk membangun ibukota baru di sebelah timur Kairo, yang merupakan ibukota saat ini.
Biaya pembangunan ibukota baru tersebut, menurut Menteri Perumahan Mesir, Mostafa Madbouly, akan menelan biaya sedikitnya US$ 45 miliar atau setara dengan Rp 595,7 triliun. Adapun lama pengerjaannya diperkirakan bakal mencapai lima hingga tujuh tahun.
Rencana yang disusun demi mengurangi beban kemacetan dan populasi Kairo itu dikemukakan dalam konferensi investasi di Kota Sharm el-Sheikh. Sejauh ini, rencana tersebut disambut hangat oleh para investor dari Kuwait, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Apabila diakumulasikan, jumlah investasi dan bantuan yang sepakat mereka gelontorkan mencapai US$12 miliar atau Rp158,8 triliun.
Pembangunan ibukota baru dilandasi oleh perkiraan pemerintah Mesir bahwa populasi Kairo dalam 40 tahun mendatang, bakal mencapai 36 juta jiwa atau dua kali lipat dari jumlah saat ini.
Jika ibukota dipindahkan dari Kairo, semua gedung pemerintahan Mesir dan kedutaan asing akan turut hijrah.
"Kami bermaksud membuat ibu kota kelas dunia," kata Menteri Perumahan Mesir, Mostafa Madbouly seperti dikutip dari BBC, Sabtu (15/3/2015).
Selain menampung gedung-gedung pemerintahan, ibukota baru tersebut akan memuat sedikitnya 2.000 sekolah, kampus, dan 600 fasilitas kesehatan. Luas kota dirancang membentang pada lahan 700 kilometer persegi dan dihuni sekitar lima juta penduduk.
Adapun lokasi kota yang belum dinamai itu terletak di koridor antara Kairo dan Laut Merah sehingga terhubung dengan rute perkapalan.
Pengembang
Pengembang ibukota baru Mesir ialah Capital City Partners, dana investasi real estate swasta yang dipimpin Mohamed Alabbar dari Uni Emirat Arab. Pria tersebut berpengalaman membangun gedung tertinggi dunia, Burj Khalifa di Dubai.
"Kota itu bakal menjadi perluasan alami dari Kairo," ucap Alabbar.
Seperti dilaporkan koresponden BBC di Mesir, Orla Guerin, ibukota baru Mesir tersebut bakal seluas Singapura dan memiliki bandara yang lebih besar dari Bandara Heathrow di London. Meski demikian, pembangunan mahabesar itu kini tergantung pada kondisi politik yang berimbas pada kondisi ekonomi.
Investasi asing langsung Mesir terjun bebas sejak revolusi 2011 lalu. Dari US$ 13 miliar pada 2007-2008, investasi asing langsung Mesir kini mengerdil hingga US$ 2,2 miliar.
Pertumbuhan ekonomi pun setali tiga uang. Meski sempat menembus 7%, pertumbuhan ekonomi Mesir kini hanya 2%. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Mesir hingga Juli 2015 mencapai 3,8% dan meningkat ke 4,3% pada 2015-2016. (Tnt/Riz)
Kairo Macet dan Padat Penduduk, Mesir Siap Pindahkan Ibukota
Jika ibukota dipindahkan dari Kairo, semua gedung pemerintahan Mesir dan kedutaan asing akan turut hijrah.
Advertisement