Liputan6.com, Amsterdam - Puing yang berserak dari lokasi jatuhnya Malaysia Airlines MH17 di wilayah bergejolak di Ukraina Timur tak semua terangkut ke Pangkalan Gilze-Rijen, Belanda, untuk diselidiki. Di Desa Hrabove, di mana tragedi yang menewaskan 298 orang di dalam pesawat terjadi, seorang jurnalis menemukan cuilan logam mencurigakan.
Media Belanda, RTLNieuws mengabarkan, serpihan logam tersebut kemudian diperiksa ahli forensik. Hasil tes mikroskopis dan analisis material menunjukkan bahwa objek itu tak sesuai dengan Boeing 777 yang hancur di angkasa, melainkan lebih mirip komponen hulu ledak dalam sistem rudal anti-pesawat BUK buatan Rusia.
Jika benar, fragmen tersebut mendukung laporan awal yang dipublikasikan Dewan Keamanan Belanda atau Dutch Safety Board tahun lalu, yang menemukan kerusakan pada pesawat negeri jiran itu konsisten dengan bekas tabrakan proyektil berkecepatan tinggi. Namun, kesimpulan awal tersebut tak menyertakan spekulasi tentang apa gerangan benda tajam yang menghantam MH17.
Â
"Investigasi tambahan terkait material (diduga bagian rudal yang ditemukan) bisa dilakukan. Namun, ini penting, keterkaitan antara objek tersebut dengan pesawat yang ditembak jatuh bisa saja disangkal," demikian respons Dutch Safety Board terkait tayangan RTLNieuws, seperti dikutip dari News.com.au, Jumat (20/3/2015).Â
Advertisement
Sebelumnya, rekaman video dan foto yang menampilkan dugaan bahwa milisi pro-Rusia di Ukraina dipersenjatai peluncur rudal BUK mulai beredar, hanya beberapa jam setelah tragedi terjadi di langit ukraina 17 Juli 2014 lalu.
Di sisi lain, Rusia -- pemerintah maupun media -- membantah terlibat dalam insiden yang menimpa MH17. Mereka bersikukuh, pesawat milik maskapai pelat merah Malaysia itu ditembak oleh pesawat pembom Ukraina.
SA-11 BUK buatan Rusia adalah 1 dari sedikit sistem rudal yang memiliki daya jangkau hingga 30.000 kaki atau 9.144 meter -- ketinggian terbang Malaysia Airlines saat kejadian.
Insiden MH17 terjadi di tengah tudingan bahwa Rusia memasok senjata canggih kepada pihak separatis -- yang bahkan belum dimiliki pihak Ukraina -- seperti tank model termutakhir juga BUK.
Pada September 2014, Dewan Keselamatan Belanda (Dutch Safety Board)Â mengeluarkan laporan penyelidikan awal mengenai tragedi MH17.
Laporan menyebut, tidak ada tanda-tanda peringatan audio, kerusakan pesawat atau malfungsi, juga ekspresi kekhawatiran dari awak pesawat yang terekam alat perekam data penerbangan. Mungkin bahkan tak ada penumpang dan awak yang sadar situasi gawat sedang terjadi.
Boeing 777 itu, kata penyelidik, "hancur di udara kemungkinan akibat dari kerusakan struktur yang disebabkan sejumlah objek berenergi tinggi yang menembus pesawat dari luar," kata siaran pers yang menyertai laporan itu.
Tak ada indikasi bahwa kecelakaan MH17 disebabkan kesalahan teknis atau tindakan kru yang keliru," sambung pernyataan itu. Atau dengan kata lain tak ada faktor teknis dan kesalahan manusia (human error) dalam malapetaka kedua yang menimpa maskapai negeri jiran -- setelah raibnya MH370 yang hingga kini tak diketahui keberadaannya.
Hasil penelitian tersebut merupakan kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari kotak hitam, kontrol lalu lintas udara, citra satelit, dan foto dari tempat kejadian -- yang digunakan untuk menyusun laporan awal. (Ein/Tnt)