Sukses

22-3-1859: Waktu 'Selamatkan' Nyawa Ribuan Warga Quito

Pada 22 Maret 1859 sekitar pukul 8.30 pagi, Bumi di mana Kota Quito berpijak berguncang hebat. Sebuah bencana yang berulang.

Liputan6.com, Quito - Ibukota Ekuador, Quito punya reputasi langganan gempa. Seperti yang terjadi pagi itu, 22 Maret 1859 sekitar pukul 8.30 pagi. Bumi berguncang hebat, meruntuhkan bangunan-bangunan yang ada di sana: rumah-rumah, juga gereja-gereja porakporanda. Istana Negara, Archepiscopal Palace, Kapel El Sagrario dan Gereja Augustines yang megah bahkan roboh.

Lindu juga merenggut banyak nyawa. Situs History Channel menyebut, 5.000 nyawa melayang karenanya. Berapa kekuatan gempa saat itu, tak diketahui pasti. Namun, dilaporkan, guncangan terjadi dalam durasi lama: sekitar 6 menit.

Sejarah mencatat, gempa juga pernah mengguncang pada 4 Februari 1797. Akibatnya lebih dahsyat. Tak hanya menamatkan hidup 40 ribu orang, tapi juga membangunkan Gunung Cotopaxi dari 'tidurnya'. Bencana susulan pun terjadi, hujan lava turun di Kota Ambato.

Setelahnya, Quito dibangun kembali. Enam puluh tahun kemudian, bekas-bekas kehancuran tak lagi terlihat, ingatan penduduk tentang tragedi luar biasa yang pernah terjadi, terhapus. Mereka tak menyadari, sejarah -- juga bencana -- bisa jadi berulang.

Jumlah kematian pada gempa pada 22 Maret 1859 tak sebanyak sebelumnya. Sebab, kebetulan terjadi pada pukul 08.30, saat penduduk sudah sepenuhnya terbangun dari tidur dan mulai beraktivitas. Korban jiwa mayoritas adalah mereka yang terjebak dalam rumah atau mengalami kerentanan. Waktu seakan menjadi 'penyelamat'.

Setelahnya, Quito adem ayem. Namun, malapetaka terus mengintai. Pada Agustus 1949, tremor yang berpusat di sebelah selatan kota itu menewaskan 6 ribu jiwa dan membuat 100 ribu orang kehilangan tempat bernaung.

Lindu juga terjadi pada Agustus 2014. Kekuatannya hanya 5,1 skala Richter alias gempa sedang. Namun, karena dangkal, menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) hanya 7,7 km, getarannya mampu membuat bangunan bergoyang. Orang-orang berlarian ke jalanan untuk menyelamatkan diri.

Akibatnya signifikan. Bandara ditutup sementara sebagai langkah pencegahan, sejumlah titik di kota tertutup kepulan debu dari peternakan di dekatnya.

Di hari itu, 3 orang dinyatakan tewas -- 2 pekerja dan seorang bocah berusia 4 tahun. Jasad mereka ditemukan di bawah tumpukan karung beras.

"Saya sedang berbincang dengan putriku, tiba-tiba sambungan telepon terputus. Lalu, aku merasa rumahku akan roboh, kata Laura Flores, seorang warga di Distrik Carcelen, Quito seperti dikutip dari BBC.

Peristiwa lain juga tercatat dalam sejarah terjadi pada tanggal 22 Maret. Pada tahun 1995 adalah momentum kembalinya antariksawan Valeriy Polyakov dari luar angkasa. Setelah menetapkan rekor 438 hari di sana.

Sementara pada 22 Maret 1997, bocah bernama Tara Lipinski dinobatkan sebagai pemenang wanita termuda dalam kejuaraan Figure Skating Champion. Ketika itu usianya masih 14 tahun dan 10 bulan. (Tnt/Ein)