Sukses

Jokowi Tak Jawab Telepon PM Abbott Soal Bali Nine, Mengapa?

Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema angkat bicara. Dia mengatakan Presiden Jokowi sedang sibuk.

Liputan6.com, Canberra - Nasib duo Bali Nine yang akan dieksekusi di Nusakambangan tak kunjung pasti. Awal Maret lalu, Perdana Menteri Australia, Tony Abbott menghubungi Presiden Joko Widodo, untuk mengetahui kepastian soal Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Namun, Jokowi, tak menjawab panggilan teleponnya.

Sejumlah desas-desus pun mencuat terkait hal itu. Kabar Jokowi menolak telepon PM Abbott ramai dikabarkan media Negeri Kanguru.

Untuk memperjelas fakta kenapa Jokowi tak menerima telepon dari Abbott, Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema angkat bicara. Dia mengatakan, saat itu Presiden Jokowi sedang sibuk.

"Presiden Jokowi sangat sibuk, dia melakukan kunjungan ke provinsi-provinsi (di Indonesia)," kata Nadjib seperti dikutip Daily Mail, Jumat (27/3/2015). Tak hanya Jawa, 'blusukan' juga dilakukan di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Abbott  menelepon Jokowi sebagai bentuk lobi lanjutan terkait duo Bali Nine yang menjadi terpidana mati, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Bahkan sejumlah cara sudah ditempuh orang nomor satu Australia itu untuk melepaskan kedua gembong narkoba ini.

Satu langkah terbaru adalah mengeluarkan ancaman akan memotong bantuan kepada Indonesia. Pemotongan tersebut nilainya mencapai 500 juta dolar Australia per tahun.

Terkait hal tersebut, Nadjib turut buka mulut. Ia mengatakan ancaman dari Negeri Kanguru bukan bentuk pembalasan. Apalagi, dia menegaskan, pemerintah tak pernah minta dana kepada Australia.

"Kami tidak pernah meminta uang Anda. Jadi jika Anda memberi, maka kami berterima kasih banyak atas kebesaran hati Anda membantu warga kami," jelas dia.

Belakangan ini, hubungan Indonesia-Australia berada dalam masa sulit. Menyusul upaya negara tetangga melobi pemerintah demi membebaskan duo pengedar narkotika internasional dari berondongan regu tembak. Di sisi lain, Presiden Jokowi tetap kukuh, tak akan memberikan ampun bagi gembong barang haram.

Meski kerap diterpa isu sensitif, Dubes Nadjib tetap yakin masalah-masalah ini tidak akan ampuh merusak hubungan bilateral Jakarta-Canberra yang sudah terbina lama. (Ger/Ein)