Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson menegaskan bahwa sampai saat ini tidak ada larangan bagi warganya untuk berwisata ke Pulau Dewata, Bali.
"Tidak ada boikot di bidang pariwisata untuk turis Australia ke Bali dari pemerintah," kata Grigson di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Selasa (31/3/2015).
Grigson menjelaskan warga negara Australia bebas berwisata ke mana pun mereka mau. Namun, bila ada pengurangan jumlah wisatawan dari Australia, bisa saja disebabkan keputusan pribadi.
"Mereka bisa saja mempertimbangkan Bali jadi salah satu opsi. Ini lebih pada pilihan individu masing-masing apakah mau wisata ke Bali atau tidak," tegas Grigson.
Seperti dimuat ABC News, Senin 16 Februari 2015, sejumlah kicauan bernada protes terhadap Indonesia pernah dilontarkan para pengguna jejaring sosial di negeri kanguru. Seperti yang ditulis akun @gpol03 yang menyatakan tidak ada orang Australia yang mau pergi ke negara barbar seperti Indonesia.
Setelah dilacak, akun tersebut diketahui hanya memiliki 16 pengikut.
Akun lainnya seperti @themusiccomau. menyampaikan informasi mengenai pembatalan rencana musisi David Franciosa untuk tampil di Bali. Sebagaimana dikutip di media lokal yang terbit di Australia.
Ada pula cuitan yang menyatakan, "kami akan memotong semua bantuan kepada Indonesia dan jika ada lagi tsunami... rasakan sendiri".
Sementara, akun milik Ruth Wykes di @strewwth menyatakan ia sangat menyukai Bali, namun hal itu akan sirna jika eksekusi duo gembong narkoba Bali Nine -- Andrew Chan dan Myuran Sukumaran -- tetap dilakukan.
Lalu, akun @PRMJang mengutip inisiator kampanye Mercy Campaign, Ben Quilty, yang menyatakan akan memboikot warga Australia ke Bali. "@jokowi_do2 jika anda membunuh warga Australia kami akan memboikot Bali," tulis dia.
Akun Julie Mcivor melalui akun @craig_julie69 mengatakan, ia memiliki usaha penginapan yang mempekerjakan penduduk setempat di Bali. "Jika kedua orang ini dieksekusi, kami akan menjual usaha kami ini," kata dia. (Tnt/Yus)