Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Jepang dan China pada 22-28 Maret 2015. Dalam lawatan tersebut, Jokowi bertemu dengan sejumlah tokoh penting: Kaisar Jepang Akihito dan Perdana Menteri Shinzo Abe, serta Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang.
Tujuan utama pertemuan tersebut adalah meningkatkan kerja sama Indonesia dengan Jepang, juga Tiongkok dalam sektor ekonomi.
Kunjungan Jokowi ke dua negara itu menuai respons dari beragam kalangan. Dr Dino Patti Djalal, salah satu pendiri organisasi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), menilai, lawatan tersebut menarik. Sebab, Presiden RI mengunjungi dua negara yang hubungannya tak selalu harmonis, dalam waktu berdekatan.
"Menurut saya, alasan di balik kunjungan Jokowi ke China dan Jepang menarik, karena hubungan kedua negara itu sebelumnya sempat menegang, retak," kata mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat tersebut dalam acara bincang-bincang bertema 'Assessing President Joko Widodo's Visits to Japan and China' di SCTV Tower lantai 8, Jakarta, Rabu (1/4/2015).
Dino menuturkan, Jokowi melakukan sejumlah penyesuaian saat berdiskusi dengan pemerintah China, agar pihak Jepang tak tersinggung. Begitu pula ketika suami Iriana Widodo itu ke Negeri Sakura, jangan sampai apa yang disampaikannya menyakiti Tiongkok.
Baca Juga
"Jokowi menyesuaikan diri dengan baik terhadap persoalan China dan Jepang. Ia memposisikan Indonesia secara strategis terhadap dua kekuatan regional tersebut."
Advertisement
Sebaliknya, menurut Dino, kedua negara itu bisa memahami niat baik Indonesia. "Kita ingin merangkul mereka. Bukan untuk mencari siapa yang kalah atau menang," kata dia. Tujuannya agar kerjasama kembali terjalin.
"Indonesia berusaha untuk menyampaikan kepada Jepang dan China, tentang harapan dunia pada mereka," tambah Dino. (Ein)