Sukses

AS Bakal Hapus Kuba dari Daftar Pendukung Terorisme

Kuba termasuk dalam daftar negara pendukung terorisme sejak 1982, ketika negara ini membantu pemberontakan Marxis.

Liputan6.com, Washington DC - Pertemuan bersejarah antara Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Kuba Raul Castro telah membuka lembaran baru hubungan kedua negara yang bersitegang selama lebih 50 tahun. Obama bahkan meminta Kongres mencabut Kuba dari daftar negara yang dianggap Amerika mendukung terorisme sebagai bagian dari upaya normalisasi hubungan bilateral.

"Keputusan itu diambil setelah kajian Kementerian Luar Negeri AS menyimpulkan, Kuba sudah tidak lagi memberikan bantuan apa pun terhadap aktivitas teror internasional dalam enam bulan terakhir. Kajian itu juga mengatakan Kuba telah menjamin tidak akan melakukan hal tersebut di masa depan," tulis VOA News seperti dikutip Liputan6.com pada Rabu (15/4/2015).

Sebelumnya pada Jumat 10 April 2015 lalu, Obama bertemu pemimpin Kuba Raul Castro saat Konferensi Tingkat Tinggi Amerika di Panama City Convention Center, Panama. Dalam KTT yang dikenal pula sebagai pertemuan Western Hemisphere itulah terjadi jabat tangan pertama antara pemimpin kedua negara setelah lebih dari setengah abad.

Alasan Obama

Bulan silam, baik AS maupun Kuba telah merencanakan membuka lagi kedutaan di masing-masing ibukota, Washington dan Havana. Saat itu keputusan Obama membuka hubungan diplomatik dengan Kuba diwarnai beberapa kritikan. Namun, Presiden AS yang sempat menghabiskan masa kecilnya di Indonesia ini bergeming.

Obama mengatakan, normalisasi didasari alasan kuat. Alasan itu adalah AS ingin melihat perubahan di Kuba dan hal tersebut dalam pandangan Obama mulai terlihat di negara itu.

"Kami akan menyusuri jalan ini. Dengan membuka hubungan dengan Kuba maka kami akan membantu perubahan di Kuba. Sekarang kami sedang melihat perubahan itu," ucap Obama seperti dikutip dari Reuters, Selasa 3 Maret 2015.

Selama ini masuknya Kuba dalam daftar negara pendukung teroris sempat menghambat proses pemulihan hubungan kedua negara yang hanya terpisah laut sepanjang 145 kilometer. Jika resmi dicabut dari daftar hitam itu, Kuba bisa mendapatkan aliran investasi baru dari dunia internasional.

Bila Kuba dihapus dari daftar hitam tersebut, kini hanya 3 negara yang tersisa, yaitu Iran, Sudan dan Suriah. Hanya saja, jika Obama setuju untuk menghapuskan Kuba dari daftar tersebut, diperlukan waktu sekitar 45 hari bagi Kongres untuk meninjau keputusan ini.

Sejak 1982

Kuba termasuk dalam daftar negara pendukung terorisme sejak 1982, ketika negara ini membantu pemberontakan Marxis. Semenjak itu, Pemerintah Havana berhenti mencoba menyebarkan revolusi Marxis dan telah berulang kali mengecam terorisme.

Hubungan diplomatik AS-Kuba putus sejak 54 tahun lalu. AS menuduh negara di Amerika Tengah itu sebagai salah satu sponsor gerakan terorisme dunia.

Menanggapi tudingan AS, Kuba tidak tinggal diam, mereka terus membalas komentar Gedung Putih dengan kalimat-kalimat provokatif. Alhasil, Negeri Paman Sam memutuskan menjatuhkan embargo ke Kuba yang menyebabkan ekonomi negara tersebut terpuruk. (Ans)