Liputan6.com, Alaska - Status Christopher Columbus sebagai penemu Benua Amerika digugat. Bukti-bukti sejarah justru menunjukkan hal sebaliknya, sudah ada bangsa asing yang menginjakkan kaki di sana sebelum 12 Oktober 1492.
Baru-baru ini sejumlah artefak dari perunggu ditemukan di sebuah rumah berusia 1.000 tahun di Alaska. Temuan itu menjadi bukti, perdagangan telah terjalin antara Asia Timur dengan wilayah yang disebut Dunia Baru (New World): Amerika.
Para arkeolog menemukan artefak-artefak tersebut di situs "Rising Whale" dekat Cape Espenberg.
"Dari jauh, situs itu terlihat seperti paus yang muncul ke permukaan," kata Owen Mason, peneliti dari University of Colorado, yang ikut dalam ekskavasi di situs tersebut, seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Jumat (17/4/2015).
Temuan terbaru tersebut dikombinasikan dengan temuan lain yang dihasilkan dalam waktu 100 tahun terakhir menunjukkan bahwa barang-barang dagangan, juga gagasan, sampai di Alaska dari peradaban di Asia Timur -- jauh sebelum Christopher Columbus tiba di Laut Karibia pada 1492.
"Kami melihat adanya bukti interaksi, secara langsung dengan 'peradaban tinggi' seperti China, Korea, atau Yakutia -- sebuah wilayah di Rusia," kata Mason.
Temuan di Rising Whale termasuk 2 artefak perunggu, salah satunya yang diduga digunakan sebagai gesper atau pengikat -- yang memiliki potongan kulit, yang dari usia karbonnya berasal dari masa sekitar 600 Masehi. Sementara, artefak perunggu lainnya mungkin digunakan sebagai peluit.
Perunggu belum dikembangkan kala itu di Alaska. Para arkeolog menduga, artefak tersebut dibuat di China, Korea, atau Yakutia, lalu masuk ke Alaska lewat rute perdagangan.
Di dalam rumah, para peneliti menemukan artefak dari bahan obsidian -- batu hitam mengkilap dari letusan gunung berapi -- yang memiliki jejak kimia yang menunjukkan bahwa itu adalah obsidian dari lembah Sungai Anadyr di Rusia.
Situs Rising Whale mengindikasikan adanya rute perdagangan yang menghubungkan Selat Bering (termasuk sisi Alaska) dengan peradaban yang peradaban berkembang di Asia Timur, sebelum masa Columbus. Â
Selanjutnya: Gading 'Unicorn'...
Gading 'Unicorn'
Gading 'Unicorn'
Tak hanya itu. Pada 1913 antropolog Berthold Laufer mempublikasikan analisis teks dan artefak di jurnal T'oung Pao.
Ia menemukan bukti bahwa masyarakat China di masa lalu punya ketertarikan pada gading narwhal dan walrus yang dimiliki orang-orang yang tinggal di timur laut Tiongkok.
Narwhal (Monodon monoceros) adalah nama dari sejenis paus yang hanya ditemukan di Samudera Arktik, Kutub Utara. Karena tanduknya, ia dijuluki 'unicorn laut'.
Sementara Walrus (Odobenus rosmarus) adalah mamalia laut yang tersebar di Samudera Arktik dan Laut sub-Arktik di Belahan Utara Bumi.
Sejumlah gading walrus koleksi mereka saat itu mungkin berasal dari Selat Bering.
Sejumlah peneliti juga mencatat ada kesamaan mencolok dalam desain pelat baja dipakai oleh orang-orang di Alaska, China, Korea, Jepang, dan Mongolia timur.
Misalnya, pada 1930, arkeolog dari Smithsonian Institution, Henry Collins melakukan ekskavasi di St Lawrence Island, di lepas pantai barat Alaska.
Dalam bukunya, The Archaeology of St. Lawrence Island (Smithsonian, 1937), ia menyebut pelat baja mulai muncul di pulau itu sekitar 1.000 tahun yang lalu. Berupa piring yang dibuat dari kombinasi gading, tulang, dan terkadang juga besi.
Pelat baja seperti itu mirip dengan yang dikembangkan di beberapa daerah di Asia Timur, termasuk Manchuria, Mongolia timur, dan Jepang.
Collins menulis, penggunaan pelat baja, menyebar ke utara dari daerah aslinya, dan akhirnya diperkenalkan ke Alaska.
Selanjutnya: Bukti Genetika...
Advertisement
Bukti Genetika
Bukti Genetika
Sejumlah penelitian genetika baru-baru ini juga menguak interaksi antara orang-orang dari Asia Timur dengan yang berasal dari Dunia Baru.
Sejumlah ilmuwan berpendapat, kedatangan manusia pertama ke 'Dunia Baru' bermula sejak 15 ribu tahun lalu, dengan cara menyeberangi jembatan darat Bering (Beringia), yang panjangnya sekitar 1.600 km, yang menghubungkan Alaska sekarang dengan Siberia timur pada berbagai masa di zaman es Pleistosin.
Jembatan darat itu akhirnya tenggelam sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Namun, sebuah penelitian genetika terbaru juga mengindikasikan adanya pergerakan orang-orang dari Asia Timur ke Dunia Baru di masa setelahnya.
Mereka yang tinggal di Rising Whale mungkin adalah bagian dari apa yang disebut para ilmuwan sebagai kebudayaan "Birnirk", sekelompok manusia di masa lalu yang tinggal di 2 sisi Selat Bering, menggunakan perahu yang dibuat dari kulit kayu. Mereka juga menggunakan tombak untuk berburu paus.
Studi genetika mengindikasikan bahwa orang-orang dari kebudayaan Burnik adalah nenek moyang dari masyarakat yang disebut 'Thule', yang menyebar di kawasan Arktik di seluruh Amerika Utara hingga Greenland. Thule, pada gilirannya, adalah nenek moyang dari orang Inuit modern.
Selat Bering bukan satu-satunya lokasi interaksi antara orang-orang dari 'Dunia Lama' dan 'Duni Baru' yang terjadi sebelum kedatangan Columbus.
Sekitar 1.000 tahun lalu, Bangsa Viking telah mengeksplorasi sebagian wilayah Kanada dan mendirikan pemukiman sementara di L'Anse aux Meadows di Newfoundland.
Para peneliti mengindikasikan, sekitar waktu itu, Bangsa Polinesia telah mencapai Amerika Selatan, membawa pulang ubi jalar. Sebaliknya, mereka membawa ayam-ayam untuk dipertukarkan.Â
Laksamana Cheng Ho
Laksamana Cheng Ho
Banyak hipotesis lain yang diajukan, yang menentang klaim bahwa Columbus adalah penemu Amerika.
Salah satu gagasan yang populer adalah, para pelaut dari Tiongkok berlayar langsung ke Dunia Baru. Meski gagasan tersebut tak banyak didukung para ilmuwan.
Konon, armada megah kapal China yang dipimpin Cheng Ho berlayar di sekitar daratan Amerika Selatan, 100 tahun sebelum Ferdinand Megellan -- orang pertama yang berlayar dari Eropa ke Asia, orang Eropa pertama yang melayari Samudra Pasifik, dan orang pertama yang memimpin ekspedisi yang bertujuan mengelilingi bola dunia. (Baca selanjutnya: Ini Bukti Laksamana Cheng Ho Penemu Amerika, Bukan Columbus?) (Ein/Yus)
Advertisement