Liputan6.com, Jakarta - John Hinckley Jr baru berusia 25 tahun saat ia menembak Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan 3 orang lainnya pada 30 Maret 1981.
Untungnya, Presiden AS ke-40 itu lolos dari maut. Luka tembak yang ia alami tak fatal. Dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di dada.
Meski bikin dunia heboh dengan upayanya membunuh orang nomor satu di negara adidaya itu, Hinckley lolos dari jeruji besi.
Pada Juni tahun yang sama, para juri memutuskan terdakwa tak bersalah dengan alasan mengalami gangguan kejiwaan. Maka John Hinckley Jr diberikan perawatan kejiwaan, alih-alih dipenjara seumur hidup. Vonis kontroversial tersebut membuka peluang baginya untuk hidup di luar rumah sakit jiwa.
Dan tahun lalu, atas perintah hakim, Hinckley menghabiskan waktu 17 hari sebulan di rumah ibunya di Williamsburg, sebuah kota kecil di tenggara Virginia.
Kebebasan sebagian yang ia dapatkan bertahap. Dan dengan persyaratan ketat: harus rutin bertemu psikiater dan terapis, juga relawan. Semua menjadi bagian dari proses panjang, untuk mengintegrasikan Hinckley, yang kini usianya hampir 60 tahun, kembali ke masyarakat.
Sidang pengadilan akan digelar mulai Rabu depan, untuk memutuskan apakah waktu tinggal Hinckley di Williamsburg diperlama. Bahkan mungkin secara permanen.
Pertanyaannya, apakah ia siap menjalani?
Sebelumnya, dalam persidangan yang dipimpin Hakim Paul L Friedman, para dokter bersaksi bahwa psikosis (gangguan mental yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang membedakan realita dan fantasi), juga depresi yang dialami Hinckley telah berkurang selama beberapa dekade.
Dan, meski ia masih mengalami gangguan kepribadian narsistik atau narcissistic personality disorder, efeknya telah berkurang.
Selama puluhan tahun, Hinckley menjalani perawatan di St. Elizabeths Hospital di Washington DC. Namun, hakim Friedman mengizinkan pembebasan bertahap mulai 2003.
Mulai 2006, Hinckley diizinkan tinggal 3 malam di Williamsburg. Lalu, bertambah jadi 4 hari.
Pada akhir 2013, Friedman menyetujui masa tinggal Hinckley menjadi 17 hari dalam 1 bulan. Sang hakim berpendapat, "Masa tinggal yang lebih lama mungkin akan membuka peluang baginya untuk bekerja dan terlibat dalam kegiatan masyarakat."
Namun, jaksa berpendapat lain. Menurut mereka, Hinckley punya sejarah perilaku menipu dan hubungan bermasalah dengan perempuan.
Selama sidang terakhir, mereka mengutip insiden yang terjadi Juli 2011. Saat itu ia mengaku ke bioskop untuk menonton film, namun Hinckle justru pergi ke toko buku. Dan lalu ia berbohong soal itu.
Agen Secret Service, yang ditugaskan menguntit, mengaku memergokinya melihat-lihat buku tentang Reagan dan percobaan pembunuhan yang pernah ia lakukan. Namun, pria itu tak mengambil apapun.
"Hinckley belum menunjukkan dirinya siap untuk melakukan kerja keras, untuk pindah ke ke kota yang baru, " kata jaksa Sarah Chasson pada 2011.
Para ahli yang tak dilibatkan dalam kasus Hinckley mengatakan, orang seperti dia bisa kembali ke masyarakat. Dan ada cara untuk mengevaluasi apakah mereka masih berbahaya atau tidak. (Ein/Yus)