Sukses

Akses Jalan di Nepal Dibuka, Evakuasi Pendaki Everest Rampung

"Hampir semua anggota militer dan polisi ikut serta dalam upaya memberikan bantuan pasca-gempa Nepal," kata para pejabat.

Liputan6.com, Kathmandu - Kondisi Nepal yang porak-poranda pasca diguncang gempa pada Sabtu 25 April membuat semua pihak turun tangan memberikan bantuan. Sembilan dari 10 tentara Nepal dilaporkan terlibat operasi pencarian dan penyelamatan, sementara negara tersebut meminta tambahan bantuan asing untuk mengatasi gempa kuat yang menewaskan 4.000 orang.

"Hampir semua anggota militer dan polisi ikut serta dalam upaya memberikan bantuan pasca-gempa Nepal," kata para pejabat seperti dikutip dari BBC, Selasa (28/4/2015).

China, India, Inggris dan Amerika Serikat adalah sebagian dari negara-negara yang mengirimkan bantuan dari luar negeri.

Nepal menyatakan memerlukan semua keperluan, mulai dari selimut dan helikopter sampai dokter dan pengemudi.

Evakuasi sekitar 200 pendaki yang terjebak gempa di Puncak Everest juga sudah rampung. Menurut pimpinan Badan Pariwisata Nepal, Tulsi Gautam, 60 pendaki diselamatkan dengan menggunakan helikopter pada hari Senin 27 April,

"Helikopter hanya dapat membawa dua orang dalam satu kali pengangkutan, karena risiko terbang pada tempat yang begitu tinggi," tutur Gautam.

Para pendaki tidak bisa meninggalkan pegunungan karena longsor yang dipicu guncangan gempa. Akses yang biasa mereka lewati tertutup timbunan longsor salju.

Akses ke Kathmandu Sudah Bersih

Sebagian warga di ibukota Kathmandu, Nepal, mulai melakukan kegiatan setelah gempa besar akhir pekan lalu. Walau hampir semua perkantoran dan pertokoan masih tutup -- sementara sekolah diliburkan, sudah terlihat kendaraan bermotor milik masyarakat umum melintas di jalanan ibu kota, pada Senin 27 April.

"Masih sepi tapi sudah ada beberapa mobil dan motor yang lalu-lalang di jalanan," kata Laura Hukom, dari badan bantuan World Vision asal Indonesia yang berada di Kathmandu.

Hingga hari Minggu, jalanan di Kathmandu masih amat sepi dengan hampir semua kegiatan ditujukan pada upaya penyelamatan korban.

Laura menuturkan, muncul 'kampung tenda' di mana-mana karena masih banyak warga yang belum bersedia pulang ke rumah. Sebab khawatir ada gempa susulan setelah lindu 7,9 skala Richter (SR) pada Sabtu pekan lalu.

"Pada Senin pagi saja, sedikitnya ada tiga gempa susulan walau tidak sebesar Minggu malam."

Selain itu, sejumlah keluarga korban juga menggelar upacara pemakaman anggota yang tewas.

Laura merupakan bagian dari World Vision yang menyiapkan bantuan, untuk 50.000 korban selamat di lima distrik di lembah Kathmandu.

"Yang paling dibutuhkan air bersih. Di Kathmandu kami sudah mendengar beberapa korban yang menderita diare," tutur Laura.

Menurut pihak berwenang Nepal, hingga Senin malam, 3.954 orang dilaporkan tewas. Sementara lebih dari 7.000 lainnya cedera. Sedangkan jalanan ke pusat gempa sudah dibersihkan dari puing-puing, dan tim penyelamat sedang dalam perjalanan ke tempat yang didiuga dilanda kerusakan besar.

Nepal diguncang gempa hebat pada Sabtu 25 April 2015. Pusat gempa terletak sekitar 50 km sebelah barat laut dari Kathmandu, pada kedalaman yang dianggap dangkal. Banyak gedung hancur, termasuk sejumlah bangunan bersejarah di sana.

Saat ini, bantuan dari masyarakat internasional dilaporlan mulai berdatangan ke Nepal. (Tnt)