Liputan6.com, Kathmandu - Pencarian tiga pendaki Indonesia, Alma Parahita, Kadek Andana dan Jeroen Hehuwat, yang hilang pascagempa 7,9 skala Richter di Nepal, belum membuahkan hasil. Tim gabungan asal Indonesia yang mencari melalui penyisiran udara selama 2,5 jam di pegunungan Himalaya, akhirnya kembali ke Kathmandu.
Komandan tim pencarian Letnan Kolonel (Penerbang) Indan Gilang dalam jumpa pers di Pos Komando Pencarian dan Evakuasi WNI di Kathmandu Guest House (KGH), Thamel, Nepal, Minggu (3/5/2015), mengatakan bahwa pencarian menggunakan helikopter jenis AS 350 hingga ke ketinggian 11.000 kaki atau 3.300 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Selain Letkol Indan, Kapten Ario Suseno, Kapten Santoso, Sabda Thian (Kemlu), dan Benjamin Setiabudi (Taruna Hiking Club) ikut serta dalam pencarian tiga pendaki asal Bandung, Jawa Barat tersebut.
Setelah lepas landas dari landasan penerbangan lokal Bandara Tribhuvan, Kathmandu, helikopter terbang ke arah timur laut menuju Langtang di ketinggian sekitar 3.000 mdpl.
"Alhamdulillah cuaca sangat cerah sehingga kita bisa melakukan pencarian dengan baik," kata Indan.
Pegunungan Curam
Di Langtang, ia menjelaskan, tim menyusuri pegunungan curam dengan latar berbentuk V, dan memutuskan untuk melakukan pendaratan karena penilaian kondisi di darat cukup baik.
"Meskipun tertutup timbunan longsoran tanah, batu-batu besar dan salju, tapi ternyata sudah stabil untuk pendaratan," tutur Indan.
Baca Juga
Tim kemudian mencari warga lokal dan meninjau Hotel Lama, di mana ketiga WNI sempat mengirim pesan pendek kepada rekan Taruna Hiking Club (THC) pada 22 April 2015.
Menurut Indan, Hotel Lama masih dalam kondisi bisa ditempati meskipun mengalami beberapa kerusakan, dan tim bertemu dengan staf yang mampu berbahas Inggris yang mengungkapkan dirinya tidak pernah berinteraksi dengan ketiga WNI tersebut.
Dari Langtang, tim terbang menuju Kyanjin Gompa yang terletak pada ketinggian lebih dari 3.000 mdpl, setelah menyisir melalui udara selama beberapa menit, mereka memutuskan untuk mendarat dan kembali berinteraksi dengan orang lokal.
"Warga lokal tersebut menunjukkan Pos Angkatan Darat Nepal di Kyanjin Gompa yang menjadi tempat pengumpulan korban dan paspor yang ditemukan," ujar Indan.
Di sana, tim tidak menemukan tanda-tanda keberadaan adanya WNI, dan petugas lokal menyarankan untuk kembali ke Langtang karena semua korban gempa yang selamat dievakuasi ke desa tersebut.
Kembali ke Langtang, mereka diarahkan ke pos militer sejauh 30 menit jalan kaki dari titik heli mendarat.
Di pos tersebut, tim sempat melihat tempat evakuasi jenazah, di mana 40 korban jiwa ditemukan, yakni 37 warga Nepal dan tiga warga negara asing bukan WNI.
Petunjuk Warga Swedia
Tim juga pergi ke Everest Guest House yang berdasarkan informasi dari warga Swedia bernama Astrid Bachs, ketiga WNI pernah menginap pada 22-23 April 2015.
Bachs terakhir bertemu dengan ketiga WNI pada 24 April saat dirinya hendak melanjutkan ke Kyanjin Gompa, sementara ketiga WNI memutuskan untuk menginap semalam lagi karena kondisi cuaca tidak kondusif.
Advertisement
"Kondisi Hotel Everest sebagian besar sudah habis, helikopter juga tidak bisa mendarat di sana," sambung Indan.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, ia menegaskan posisi ketiga WNI belum dapat dipastikan. Namun satu hal yang pasti bahwa semua korban selamat di jalur pendakian tersebut dievakuasi melalui jalur udara dari Langtang.
Ia pun mengatakan, langkah berikutnya yang akan diambil dalam proses pencarian tersebut adalah melakukan koordinasi dengan semua anggota tim pencarian dan evakuasi WNI di Nepal untuk merancang rencana baru.
"Dalam empat hari pencarian ini, kita telah mendapatkan konfirmasi bahwa ketiga WNI (pendaki Indonesia) termasuk dalam operasi besar pencarian oleh otoritas Nepal yang dibantu lebih dari sepuluh negara," pungkas Indan. (Ant/Ans)