Liputan6.com, Durham Para peneliti di Duke University berhasil mengembangkan jaringan otot buatan di laboratorium. Otot-otot itu bertindak seperti halnya otot pada tubuh, menanggapi obat, denyut listrik, dan isyarat biokimia. Hasil ini dilaporkan oleh Nenand Bursac dan Lauran Madden dalam jurnal eLife pada Januari lalu.
Para ilmuwan mengharapkan penggunaan otot buatan ini untuk memperbaiki kerusakan jaringan otot pada manusia. Nantinya para dokter dapat menciptakan mengembangkan otot di laboratorium yang bahannya diambil dari pasien. Selagi di laboratorium, para dokter dapat mencoba berbagi obat-obatan yang paling tepat bagi pasien.
Baca Juga
Namun demikian, sejumlah ilmuwan lain mengatakan bahwa perkembangan ini bukanlah suatu batu loncatan karena sebelumnya kelompok pimpinan Bursac telah berhasil menumbuhkan otot menggunakan sel punca (stem cell) tikus.
Advertisement
Ada sejumlah perbedaan dalam membangun sel-sel ini. Para ahli di sini menggunakan sel-sel yang sudah sempat berkembang menjadi otot, bukan lagi sel punca. Sel-sel otot itu ditaruh pada wadah dan dipasok dengan gel bergizi.
Dalam percobaan, sel-sel ini memberi tanggapan terhadap denyut listrik. Sementara itu, kelompok peneliti pimpinan Bursac menggunakan sel punca untuk mengatasi kesulitan mendapatkan cuplikan sel-sel otot pada pasien yang tidak bisa menjalankan biopsi. Contohnya, penderita lunglai otot (muscular dystrophies) tidak bisa menjalankan biopsi.