Liputan6.com, Sanaa - Titik terang dari krisis Yaman mulai terlihat. Perdamaian di negara ini nampak setelah gencatan senjata disepakati.
Gencatan senjata antarpihak bertikai di Yaman direncanakan berlangsung mulai Rabu (13/5/2015) pukul 11.00 waktu Yaman, hingga 5 hari ke depan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menyambut baik kesepakatan ini. Bahkan mereka sampai mengutus seorang Diplomatnya untuk membicarakan kelanjutan gencatan senjata pada setiap pihak bertikai di negara itu.
"Kami siap membicarakan jeda kemanusian dan mendorong setiap pihak di Yaman kembali ke meja perundingan," sebut Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed seperti dikutip dari USA Today.
Meski berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata, potensi terjadinya kekerasan masih menyelimuti Yaman. Sebab, pihak-pihak bertikai mengatakan mereka siap mengambil respons keras bagi siapa saja yang melanggar gencatan senjata ini.
Yaman bergejolak setelah kelompok milisi Houthi, yang berjuang mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004.
Aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014. Pada September 2014, mereka menguasai Ibukota Sanaa, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi.
Kondisi ini kemudian membuat Arab Saudi dan sekutunya di Teluk turun tangan. Puncaknya, mulai Maret 2015 Arab Saudi dan negara teluk memutuskan untuk melakukan operasi militer "Decisive Storm", untuk menggempur kelompok Houthi di Yaman, setelah Presiden Abd Rabbuh meminta bantuan. (Ger/Mut)
Gencatan Senjata di Yaman Dimulai
Gencatan senjata antar pihak bertikai di Yaman direncanakan berlangsung sampai lima hari ke depan
Advertisement