Sukses

AS: Masalah Pengungsi Rohingya Tanggung Jawab Myanmar

Sikap Myanmar yang seolah mengacuhkan keberadaan etnis Rohingya, membuat nyawa anggota kelompok ini terancam.

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan pengungsi asal Bangladesh dan etnis Rohingya dari Myanmar terkatung-katung di lautan lepas, terlantar, hingga akhirnya terdampar dan diselamatkan nelayan Indonesia.

Masalah pengungsi Rohingya disorot tajam oleh Amerika Serikat (AS). Otoritas Negeri Paman Sam mengatakan negara asal dari etnis Rohingya -- terutama Myanmar -- tak bisa lepas tanggungjawab atas masalah ini.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken dalam lawatan resminya ke Tanah Air.

Untuk itu, dirinya berencana mendiskusikan masalah Rohingya kepada Pemerintah Myanmar esok, Kamis 20 Mei 2015.

"Kita akan berbicara dengan Pemeritah Myanmar agar mereka bertanggungjawab penuh terhadap etnis Rohingya," sebut Blinken di pusat kebudayaan Amerika Serikat @America Jakarta, Rabu (20/5/2015).

Dia mengatakan, ada alasan tepat kenapa negara yang dulunya bernama Burma tersebut tidak bisa 'cuci tangan' begitu saja dari masalah Rohingya.

Sebab, karena sikap Myanmar yang seolah mengacuhkan keberadaan etnis Rohingya, membuat nyawa anggota kelompok ini terancam.

"(Myanmar harus) memperbaiki kondisi kelompok ini, agar mereka tidak harus membahayakan diri mereka mencari tempat yang lebih baik atau menjadi korban perdagangan manusia," sambungnya.

Pengungsi Rohingya merupakan salah satu masalah kemanusian yang paling disorot dunia saat ini. Sebab Myanmar tempat penduduk Rohingya tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut.

Pada Juni dan Oktober 2012, kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar. Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal.

Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar meski telah tinggal beberapa generasi di negara tersebut. Praktis, mereka sulit mendapatkan pekerjaan, sekolah ataupun jaminan kesehatan.

Sebelumnya,  Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, Indonesia peduli dengan masalah kemanusiaan dan tak akan membiarkan begitu saja para pengungsi Rohingya yang tertolak oleh negaranya sendiri. Karena itu, kata dia, RI akan menampung pengungsi Rohingya serta Bangladesh selama 1 tahun.

"Kita setuju selama satu‎ tahun menanganinya," kata JK di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu (20/5/2015). "Maka aspek kemanusiaan kita harus menjamin kalau dia mendapatkan kesulitan, ya ditampung diberi makan," imbuh dia. (Ein)