Sukses

Demi Riset, Ilmuwan Ini Rela 'Donorkan' Darah untuk Kutu Kasur

Selama hampir satu dekade, ilmuwan ini sudah 200.000 kali 'donor darah' untuk menjadi makanan para kutu kasur rakus.

Liputan6.com, Vancouver - Demi mencari cara mengusir kutu kasur, ilmuwan Kanada Regine Gries menghabiskan hampir satu dekade mempelajari makhluk parasit itu.

Bahkan, saking niatnya, ia membiarkan ribuan kutu kasur yang kelaparan memakan darahnya. Namun, upanya itu tidak sia-sia.

"Ia dan suaminya, Gerhard, sudah menyempurnakan zat kimia yang mampu mengusir kutu kasur dari tempat tidur," tulis odditycentral.com, seperti dikutip pada Selasa (26/5/2015)

Regina dan Gerhard merupakan ahli biologi di Universitas Simon Fraser, yang terletak di pinggiran Vancouver, Kanada. Di laboratorium mereka, ditemukan toples plexiglass yang berisi sekitar 5000 kutu kasur.

Toples yang masing-masing berisi sekitar 200 kutu kasur itu masing-masing ditutup dengan kain perca yang diikat dengan karet gelang. Satu kali sebulan, sejak 9 tahun lalu, Regine menempelkan bagian kain percanya di kulit lengannya, dan membiarkan kutu kasur itu menggigit kulitnya sepuasnya.

Ia bisa memberi makan untuk lima toples dalam satu hari. Kutu kasur merupakan hewan yang tidak mampu bertahan dengan cahaya, namun karena lapar akibat tidak makan sebulan, cahaya terang pun dihiraukan saat makhluk itu sibuk menyerang kulit Regine dan berlomba-lomba mengisap darahnya.

Perlu waktu satu menit untuk memberi makan 1000 ekor kutu. Menurut Regina, setiap satu gigitan dari satu kutu kasur, rasanya seperti digigit nyamuk. Bayangkan saja digigit oleh seribu nyamuk secara bertubi-tubi.

Ini bukanlah proyek pertama Regine di mana ia mengorbankan darahnya. Pada proyek sebelumnya, darahnya digunakan sebagai makanan untuk koloni nyamuk. Saat riset kutu kasur ini mulai di tahun 2006, ia sudah punya pengalaman menyediakan darah sebagai ‘buffet’ untuk objek eksperimen. Lebih baik lagi, ia merasa tubuh dan darahnya ideal untuk si kutu.

Menurut Regine, saat suaminya mencoba memberi makan kutu kasur, lengannya langsung membengkak. Lalu, saat seorang mahasiswa S1 mencoba memberi makan si kutu dengan darah ayam, percobaan itu tidak berhasil.

Di tengah saat Regine dan si mahasiswa melakukan eksperimen menggunakan marmut, Regine merasa kasihan dengan hewan mirip hamster itu dan membiarkan kutu-kutu rakus itu makan darahnya sendiri. Sejak tahun 2006, ia sudah 200.000 kali ‘donor darah’ atas nama sains.

Melalui eksperimen itu jugalah Regine dan Gerhard menemukan bahwa kutu kasur berkomunikasi dengan bau alami tubuh. Mereka mengidentifikasi lima bau berbeda yang bisa digunakan untuk menarik perhatian si makhluk, dan menemukan bahwa zat histamin bisa mengusir mereka.

Dengan mengaplikasikan informasi berguna ini, mereka mampu menyempurnakan ramuan yang bisa dengan efektif mengusir kutu kasur di rumah dan bangunan perkantoran.

Perusahaan Kanada Contech Enterprises akan menggunakan hasil riset dari Regine dan Gerhard untuk membangun jebakan bahan kimia, yang diperkirakan akan dirilis di pasaran akhir tahun ini. (Ikr/Ans)