Liputan6.com, Washinggton - Beberapa laporan dari Suriah mengatakan para pejuang kelompok militan ISIS telah menguasai perbatasan penyeberangan terakhir menuju Irak yang dikuasai pemerintah. Ini merupakan serangkaian keberhasilan ISIS di medan perang yang meningkatkan kekhawatiran kemungkinan terjadinya serangan terhadap ibukota Baghdad.
Setelah menguasai sepenuhnya Kota Palmyra di Suriah, para pejuang ISIS merobek-robek spanduk pasukan pro-pemerintah dan potret Presiden Bashar Al-Assad di tembok-tembok fasilitas gas di pinggiran kota itu.
Ada kekhawatiran bahwa target berikutnya adalah menghancurkan kota kuno itu. Tahkluknya Palmyra dinilai sebagai kemenangan strategi ISIS di medan perang, yang menimbulkan kekhawatiran direbutnya kota-kota lain di Suriah.
Bulan Januari lalu ISIS berhasil diusir dari Kota Kobane oleh pasukan Kurdi yang didukung serangan udara pasukan koalisi. Sempat ada harapan bahwa keberhasilan ini akan menjadi titik balik. Tetapi tiga bulan kemudian, kelompok teroris itu justru merayakan dua kemenangan setelah berhasil merebut Kota Palmyra di Suriah dan menduduki kota Ramadi, yang terletak hanya 120 kilometer dari ibukota Baghdad.
Pihak Barat yang dipimpin Amerika Serikat mendukung serangan udara koalisi terhadap sasaran-sasaran ISIS di Irak dan Suriah. Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Jeff Rathke, pekan ini strategi tersebut akan ditingkatkan.
Tetapi menurut beberapa pengamat seperti dikutip VOA, Jumat (23/5/2015), serangan udara saja tidak akan menghentikan pergerakan ISIS karena kelompok ini jauh berbeda dengan kelompok-kelompok teror sebelumnya.
Dari Pakistan hingga ke Nigeria, beberapa kelompok teror mengadopsi nama ISIS. Beberapa pengamat mengatakan setiap meraih keberhasilan di medan perang meningkatkan propaganda kelompok ini.
Peran Pasukan Darat AS
Sementara itu, para legislator dari Partai Republik di Senat AS, menyerukan usaha militer AS yang lebih terkoordinasi terhadap kelompok militan itu, termasuk mengirim pasukan darat.
Senator Partai Republik dari South Carolina Lindsey Graham mengatakan, "Kita perlu membentuk militer Arab dimana kita bisa bergabung dan mulai merebut kembali wilayah yang direbut ISIS di Suriah, untuk menghancurkan kekhalifahan itu."
Kemungkinan lain adalah dengan mempersenjatai pasukan peshmerga Kurdi yang sedang memerangi kelompok radikal tersebut.
"Pasukan Kurdi saat ini, karena alasan yang praktis, adalah pasukan kita di darat. Masalahnya, ISIS menggunakan peralatan militer Amerika yang direbut dari Irak. Persenjataan Kurdi tak bisa menandinginya, dan tidak masuk akal sama sekali kalau pemerintahan Obama menolak untuk mempersenjatai Kurdi," ujar Senator Partai Republik dari Texas Ted Cruz.
Pemerintahan Obama telah menghapus kemungkinan melibatkan pasukan AS dalam perang lain yang berkepanjangan dan memakan banyak biaya dengan mengatakan bahwa itu bukan kepentingan AS. Bahkan mereka yang menginginkan tindakan militer AS yang lebih besar di Suriah setuju dengan kebijakan Obama itu. (Ado)
Setelah Palmyra, ISIS Diduga Mengincar Baghdad
Keberhasilan ISIS merebut Kota Palmyra di Suriah meningkatkan kekhawatiran kemungkinan terjadinya serangan terhadap Baghdad, Irak.
Advertisement