Liputan6.com, Washington DC - Angkatan Udara Amerika Serikat sepakat memberi izin kepada perusahaan swasta SpaceX, untuk meluncurkan satelit militer dan mata-mata.
Persetujuan itu dikemukakan ke setelah Angkatan Udara AS menyoroti kinerja SpaceX selama dua tahun.
"Munculnya SpaceX sebagai penyedia peluncuran komersial membuka ruang persaingan, dalam layanan peluncuran untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade," kata petinggi Angkatan Udara AS, Deborah James, seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/5/2015).
"Keputusan itu adalah langkah penting untuk membawa persaingan dalam layanan peluncuran luar angkasa nasional," ucap Musk.
Pada Juni mendatang, Angkatan Udara AS diperkirakan membuka lelang kontrak peluncuran satelit GPS yang dibangun oleh Lockheed. Bila lelang dibuka, itu menjadi kesempatan bagi SpaceX untuk bersaing mendapatkan kontrak.
Militer AS selama ini bergantung pada roket Atlas 5, yang menggunakan mesin dari Rusia, untuk mengangkut muatan ke luar angkasa.
Namun badan militer AS memiliki tenggat waktu hingga 2019 untuk menggunakan sistem itu. Sebab, para anggota dewan AS telah melarang penggunaan mesin Rusia untuk misi peluncuran terkait dengan keamanan negara.
Pemberian izin bagi roket Falcon 9 milik SpaceX akan memberikan pilihan baru bagi militer AS. Lampu hijau tersebut praktis mematahkan dominasi Lockheed Martin dan Boeing, yang memonopoli peluncuran satelit militer dan mata-mata sejak 2006.
Didirikan pengusaha Elon Musk, SpaceX sebelumnya mendapat kontrak NASA untuk membawa kargo dan kru menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional. (Tnt/Yus)
Monopoli Berakhir, SpaceX Diizinkan Luncurkan Satelit Militer AS
Persetujuan itu dilontarkan setelah Angkatan Udara AS menyoroti kinerja SpaceX selama dua tahun.
Advertisement