Liputan6.com, New Delhi - Sudah 1.400 nyawa yang tamat akibat gelombang panas di India. Saking teriknya, aspal jalan pun meleleh dibuatnya.
Jalanan di ibukota New Delhi meleleh saat suhu udara mencapai 45 derajat Celcius atau 113 derajat Fahrenheit. Para ahli memperingatkan, temperatur bisa jadi lebih tinggi.
"Hujan yang tak turun dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kondisi kekeringan serius," kata Menteri Dalam Negeri K.T. Rama Rao di Telangana seperti dikutip dari National Post, Jumat (29/5/2015).
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga muncul sedikit kepanikan. Mudah-mudahan musim hujan segera turun," ujar Rama Rao.
Advertisement
Di kebun binatang di sana, macan tutul dan harimau bahkan tak seliar biasanya. Mereka berbaring terengah-engah di tempat teduh, sampai penjaga tempat itu datang setiap dua jam dan menyirami mereka dengan selang air.
Salah satu harimau putih berguling-guling gembira saat disemprot air. Gajah pun terlihat minum dengan lahap dari kolam saat diisi kembali.
"Kami bahkan melakukan penyemprotan reptil," kata kurator Delhi Zoo, Riyaz Khan seraya menambahkan bahwa para binatang juga diberikan glukosa dalam air minum.
India Selatan sedang mengalami cuaca panas ekstrem, yang membuat tubuh manusia bak terpanggang. Para korban mayoritas adalah para pekerja kostruksi, tunawisma, dan orang-orang sepuh. Pemerintah menyerukan agar warga tetap tinggal di dalam rumah.
Di negara bagian Andhra Pradesh, sudah 900 orang tewas sejak 18 Mei 2015 -- dua kali lipat dari korban yang jatuh musim panas tahun lalu.
Sementara di kota tetangga, Telangana, temperatur mencapai 48 derajat Celcius.
Dari New Delhi, para ahli meteorologi mengatakan, panas masih belum akan berlalu. Setidaknya hingga pekan depan cuaca ekstrem masih dirasakan warga, serta membawa penderitaan pada ribuan orang miskin yang tinggal di jalanan, dengan atap seadanya.
Masyarakat yang tinggal di Gurgaon, kota satelit yang sedang pesat berkembang, menderita pemadaman listrik hingga 10 jam perhari gara-gara beban listrik yang melonjak gara-gara pemakaian AC berlebihan.
Penjual es batu pun kebanjiran pesanan. Meski, "tak ada cara yang efektif untuk mengurangi panas -- bahkan mandi puluhan kali pun tak bisa mengalahkan rasa gerah," kata Manish Singh, seorang pemilik toko.
"Kami mencoba untuk menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan untuk menghindari serangan panas. Ini lebih buruk dari tahun-tahun sebelumnya --Â aliran listrik diputus dan pendingin udara menjadi tidak berguna."
Para pejabat meteorologi mengatakan angin kering dan panas dari barat laut padang pasir Rajasthan bertanggung jawab atas gelombang panas yang menjadi pembunuh itu.
Upaya 'Melawan' Gelombang Panas
Jalan-jalan di Gurgaon sebagian besar sepi. Beberapa orang yang cukup berani ke luar rumah, menutupi kepala bahkan wajah mereka untuk melindungi dari sinar matahari amat terik.
Warung jus tebu laris manis, karena pekerja konstruksi dan penarik becak berebut membeli untuk memuaskan dahaga mereka. Di tempat lain, para relawan membagikan minuman dingin untuk pengendara yang terjebak macet.
Rumah sakit di negara-negara yang paling parah terkena dampak gelombang panas bersiaga tinggi, untuk mengobati korban serangan cuaca terik. Sementara otoritas menyarankan warga untuk tinggal di dalam rumah dan minum banyak air.
The Hindustan Times memberitakan bahwa kondisi panas panas ekstrem memicu kekeringan parah, hingga hujan turun nanti.
Musim hujan diperkirakan untuk memukul negara bagian selatan Kerala menjelang akhir bulan Mei, sebelum mengguyur seluruh negeri. (Tnt/Ein)