Sukses

Mantan Presiden Georgia Lepas Kewarganegaraan

Keputusan tersebut diambil setelah mantan Presiden Georgia Mikheil Saakashvili ditunjuk jadi Gubernur di wilayah Ukraina.

Liputan6.com, Kiev - Keputusan mengejutkan diambil mantan Presiden Georgia, Mikheil Saakashvili. Mantan Orang Nomor Satu di negara pecahan Uni Soviet ini melepas kewarganegaraannya.

Saakashvili mengatakan ia memilih Ukraina sebagai Tanah Air barunya. Keputusan tersebut diambil setelah dirinya ditunjuk Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, jadi gubernur di Odessa.

Saakashvili menyebut keputusan tersebut sangat penting. Pasalnya, Odessa merupakan wilayah depan untuk melawan korupsi di Ukraina.

Tidak hanya itu, dia menerima amanat besar itu juga untuk kepentingan kawasan. Saakashvili menilai jika dia memerintah Odessa maka agresi Rusia di daerah Georgia dan Ukraina bisa terhindari.

"Jika Oddessa jatuh (ke Rusia), maka Georgia akan terhapus dari peta," sebut Saakashvili, seperti dikutip dari BBC, Selasa (2/6/2015).

Ia pun menambahkan, tidak sembarangan Poroshenko memilihnya. Ia yakin, hal tersebut karena Ukraina membutuhkan reformasi total untuk membasmi korupsi serta melawan kejahatan teroganisir.

Selain itu, Saakashvili menyebut, dirinya sudah pantas memegang kewarganegaraan Ukraina. Sebab, dia bisa berbahasa dan menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina.

Penyalahgunaan Kekuasaan

Saakashvili dikenal sebagai salah Presiden yang sukses melancarkan reformasi radikal di Georgia. Namun, nada miring saat dia memerintah juga tidak kalah banyak datangnya.

Salah satu tudingan besar yang dialamatkan pada Saakashvili ialah penyalahgunaan kekuasaan. Pihak berwenang Georgia pun saat ini mengincarnya untuk disidangkan.

Merespons tuduhan dari lawan politiknya, Saakashvili menolak semua tuduhan. "Ini adalah kenyataan bagi saya. Paspor Georgia dapat diartikan adalah hukuman penjara," sebut dia.

Sudah sejak lama Saakashvili dikenal akan reputasinya yang anti-Rusia dan sangat pro-barat. Dia pun merupakan loyalis Presiden Poroshenko.

Meski demikian, keputusan Poroshenko mengangkat Saakashvili jadi Guberbur Odessa dinilai salah satu kesalahan besar. Saakashvili dianggap memiliki karakter pemecah-belah.

Selain itu kontroversi yang tak kalah mengejutkan dari Saakashvili adalah penggunaan uang negara hingga ribuan dolar untuk menjalani perawatan Botox di Amerika Serikat.

Berdasarkan dokumen yang diungkap saluran televisi anti-Saakashvili, sang mantan presiden diduga membelanjakan uang rakyat sebesar lebih dari US$ 11.000 atau Rp 107 juta untuk menjalani prosedur kosmetik saat berkunjung ke New York pada 2009 dan 2011.

Dokumen tersebut juga menyebut, Saakashvili membelanjakan anggaran negara di Inggris sebesar US$ 9 ribu atau Rp 88 juta. Hanya demi selembar foto telanjang milik artis AS, yang identitasnya tak disebut. (Ger/Yus)