Liputan6.com, Jianli - Petugas penyelamat telah memotong dan membuka lambung kapal nahas yang terbalik di Sungai Yangtze, China. Tapi para penyelam terhambat oleh visibilitas di dalam air yang mendekati nol.
Pencarian mereka berbuahkan hasil, tim penyelamat menarik belasan jasad dari sobekan lambung tersebut. Sementara otoritas menjanjikan penyelidikan kasus musibah tersebut tak akan ditutup-tupi.
Baca Juga
"Kami tidak akan pernah melindungi kesalahan, dan kami akan benar-benar tak menutupi apa pun," ujar juru bicara Kementerian Transportasi, Xu Chengguang dalam konferensi pers seperti dikutip dari BBC, Kamis (5/6/2015).
Advertisement
Pemerintah China juga mengatakan tim penyelamat akan melakukan segala upaya, untuk merawat korban selamat selain penyelidikan utama.
Kini daerah sekitar lokasi karamnya kapal Eastern Star dalam penjagaan ketat, dengan pos-pos pemeriksaan polisi memblokir akses wartawan ke sungai dan ke rumah sakit setempat. Departemen Propaganda Pusat China memerintahkan editor untuk tak mengirim wartawan ke sungai dan hanya menggunakan informasi dari kantor berita.
Ratusan orang diperkirakan telah meninggal, sejauh ini hanya 14 dari 456 penumpang yang dilaporkan selamat. Termasuk kapten dan beberapa awaknya. Jumlah tersebut masih simpang siur, media ada yang menyebut penumpang beruntung itu ada 15 orang.
Sementara kerabat penumpang yang marah -- karena informasi minim -- menggelar aksi protes di dekat situs tersebut dan menerobos barisan polisi. Sekitar 50 orang terlihat frustrasi.
Beberapa kerabat meminta pemerintah mengumumkan jumlah pasti korban tewas dan selamat, yang lainnya mempertanyakan mengapa sebagian besar dari mereka yang selamat adalah awak kapal. Lalu muncul pertanyaan lain mengapa kapal tidak berlabuh saat badai, dan bagaimana bisa kapten dan kru sempat mengenakan rompi penyelamat tapi tak memberikan peringatan kapal akan karam kepada penumpang.
Â
Peti Mati Berpendingin
Korban tewas resmi naik menjadi 65 pada hari Kamis siang, setelah 39 mayat diangkat dari dalam kapal Eastern Star.
Sejauh ini, barisan peti mati pun terlihat sedang dikirim ke rumah duka lokal di Jianli, Provinsi Hubei. Sambil menunggu otoritas mengantarkan ratusan penumpang tewas -- sebagian besar korban diyakini berusia lanjut.
Puluhan kerabat penumpang bepergian ke Jianli untuk berada di dekat bangkai kapal. Sementara area pencarian diperluas sampai 220 km ke hilir dari lokasi karam, menjaga kemungkinan jasad korban terbawa gelombang laut.
Musibah kapal tenggelam di Sungai Yangtze wilayah Jianli, Provinsi Hubei, China itu terjadi pada Senin 1 Juni 2015, malam sekitar pukul 21.28 waktu setempat. Sejauh ini dilaporkan tak ada WNI di dalamnya, pihak berwenang pun tengah menyelidiki penyebab terbaliknya armada laut tersebut.
Kapal yang dalam bahasa China bernama Dongfangzhixing mengangkut 456 orang. Dari keterangan pemerintah setempat, mereka yang ada di kapal adalah 405 penumpang, 47 awak, dan 5 pekerja biro perjalanan. Beberapa media menyebutkan jumlah berbeda, ada yang menyebutnya 458.
Tragedi itu menjadi salah satu kecelakaan kapal terburuk di Sungai Yangtze. Pada 1948, kapal uap Kiangya meledak di Sungai Huangpu, menewaskan lebih dari 1.000 orang. (Tnt/Ein)