Liputan6.com, Jakarta - Bolpoin adalah aset berharga bagi manusia. Bayangkan jika tak ada alat tulis itu, mungkin kita harus membawa kuas bulu dan sebotol tinta ke mana-mana. Sementara, pena (fountain pen) rawan bocor saat dipakai.
Kelebihan lainnya, bolpoin berharga murah dan tak perlu perawatan.
Penemuannya berawal dari pengamatan jurnalis Hungaria, Laszlo Jozsef Biro. Redaktur Hongrie-Magyarorszag-Hungary itu memperhatikan bahwa tinta yang digunakan dalam percetakan koran mengering dengan cepat dan tidak meninggalkan noda pada kertasnya.
Ide terlintas dalam benak Biro. Saudaranya, Gyorgy, seorang ahli kimia membantunya dalam hal teknis. Keduanya menggunakan semacam bola pada ujung pena bikinan mereka yang memiliki 2 fungsi: untuk mengeluarkan tinta sekaligus menjaga cairan berwarna itu tak kering.
Di tengah kecamuk Perang Dunia II, situasi di kampung halaman mereka di Budapest makin tak karuan. Lalu, mereka lari ke Paris Prancis, lalu Madrid di Spanyol, dan akhirnya Buenos Aires, Argentina.
Baca Juga
Rancangan mereka kemudian dipatenkan di Argentina pada 10 Juni 1943 dan dijual dengan merek Birome -- yang masih bertahan hingga saat ini.
Advertisement
Seorang akuntan Inggris bernama Harry Martin melihat bolpoin sebagai solusi masalah yang dihadapi angkatan bersenjata Inggris.
Pena biasa tak bisa digunakan untuk menulis data dalam pesawat, karena kerap bocor, terlalu sensitif dengan perubahan tekanan atmosfer, dan tak bisa digunakan di permukaan vertikal atau yang terletak di atas kepala.
Martin kemudian terbang ke Washington dan London, untuk meyakinkan pihak pasukan Inggris dan AS untuk menggunakan teknologi baru itu. Dan saat Sekutu menang perang, nama bolpoin ikut terangkat.
Pada 1945, bolpoin mulai dipasarkan secara komersial. Dan langsung jadi sensasi. Di AS, Reynolds Pen dijual seharga US$ 12,5 -- setara US$ 150 atau lebih dari Rp 1,5 juta jika dibandingkan dengan nilai mata uang saat ini. "Di sebuah toserba di New York, 8.000 bolpoin laku di hari pertama penjualan," demikian Liputan6.com kutip dari Wired.com.
Selanjutnya: Bolpoin Selamatkan Misi Apollo 11 ke Bulan...
Bolpoin Selamatkan Misi Apollo 11 ke Bulan
Bolpoin Selamatkan Misi Apollo 11 ke Bulan
Pada 21 Juli 1969, manusia akhirnya bisa menapakkan kaki di permukaan Bulan. Diwakili oleh oleh Neil Armstrong dan Edwin 'Buzz' Aldrin, yang mencapai permukaan satelit Bumi menggunakan Apollo 11.
Namun, prestasi itu sama sekali tak mudah dicapai, melibatkan sejumlah adegan dramatis yang mempertaruhkan nyawa. Dalam suatu waktu, bolpoin menjadi penyelamat para astronot.
Bahkan sekitar 4 menit sebelum Apollo memulai proses pendaratan ke permukaan Bulan, masalah terjadi. Sang komandan Neil Armstrong melapor ke pusat pengendali misi di Houston. "Alarm program," kata dia seperti dikutip dari situs sains SPACE.com.
Buzz Aldrin yang duduk di sebelah Armstrong menatap layar beku komputer yang menampilkan kode error '1202'.
Waktu makin pendek, di ketinggian 386.000 km di atas Bumi, 3 astronot berjuang di antara hidup dan mati. Namun, misi pendaratan tetap dilakukan.
Ketika tugas di Bulan selesai, para astronot kembali ke lunar module Eagle, untuk bersiap kembali ke Bumi. tiba-tiba salah satu dari alat penopang hidup (life support) -- entah milik siapa -- melayang dan menghantam plastik pelindung saklar starter mesin lunar module.
Insiden ini berakibat fatal. Plastik pelindung itu ternyata cukup rapuh. Akibatnya saklar rusak dan mesin roket tidak mau hidup.
Aldrin menemukan saklar yang rusak tergeletak antara debu bulan di lantai Eagle, setelah ia ada Armstrong melakukan 'moonwalk'.
"Karena itu adalah alat listrik, aku memutuskan untuk tak memasukkan jariku, atau apapun yang mengandung logam," tulis Aldrin dalam bukunya "Magnificent Desolation: The Long Road Home from the Moon" yang terbit pada 2009.
"Aku punya pena (Fisher Space Pen), di saku bagian bahu pada pakaian antariksa yang mungkin bisa menghidupkan mesin," tambah dia.
Lalu, ia memasukkan pena ke lubang di mana saklar seharusnya berada, lalu mendorongnya sehingga mesin akhirnya menyala.
"Akhirnya kami bisa meninggalkan Bulan. Dan sampai hari ini, aku masih menyimpan saklar yang rusak dan pena yang aku gunakan untuk menyalakan mesin."
Selanjutnya: 'Mitos' Bolpoin Luar Angkasa...
Advertisement
'Mitos' Bolpoin Luar Angkasa
'Mitos' Bolpoin Luar Angkasa
Selama perlombaan luar angkasa antara AS dan Uni Soviet pada tahun 1960-an, legenda menyebut bahwa ilmuwan NASA akhirnya menyadari bahwa balpoin tak bisa dipakai di luar Bumi.
Mereka kemudian memikirkan cara bagaimana para astronot tetap bisa menulis. Maka, konon mereka menggelontorkan jutaan uang wajib pajak demi mengembangkan sebuah bolpoin yang bisa dipakai untuk menulis dalam kondisi nol gravitasi.
Sebaliknya, Uni Soviet membekali para kosmonotnya dengan pensil. Lebih sederhana dan hemat!
Cerita tersebut menyebar lewat internet, jadi bahan olok-olok ke NASA yang 'kalah simpel' dari Uni Soviet, bahkan mundul dalam episode serial televisi 'West Wing' tahun 2002. Namun, itu semua ternyata mitos belaka.
Aslinya, astronot NASA awalnya juga memakai pensil, sama seperti para kosmonot Uni Soviet. Badan antariksa itu memesan 34 pensil mekanik dari Tycam Engineering Manufacturing, Inc yang berpusat di Houston pada 1965. Mereka membayar US$ 4.382 atau US$ 128 per pensil. Saat angka tersebut terkuak di publik, muncul protes agar NASA menemukan sesuatu yang lebih murah untuk digunakan para astronot.
Sementara itu, pensil juga bukan pilihan terbaik. Jika ujungnya patah, ia akan melayang dalam kondisi gravitasi mikro -- yang tak hanya berpotensi membahayakan antariksawan, tapi juga peralatan.
Pensil juga gampang terbakar -- sebuah sifat yang mati-matian ingin dihindari NASA pasca-tragedi Apollo 1. Roket yang menggendong pesawat itu meledak dalam simulasi peluncuran pada 27 Januari 1967, menewaskan 3 astronot yang ada di dalamnya.
Paul C. Fisher dan perusahaannya Fisher Pen Company kemudian menginvestasikan dana US$ 1 juta untuk menciptakan apa yang kini dikenal sebagai balpoin luar angkasa atau space pen. Itu uang perusahaan, sama sekali tak melibatkan dana NASA.
"Pada 1965 Fisher mematenkan bolpoin yang bisa menulis dalam kondisi terbalik, dalam segala kondisi -- panas maupun dingin, dan bahkan di bawah air atau di bawah cairan lain. Tintanya yang berwarna biru akan berubah jadi hijau dalam kondisi terlampau panas," demikian Liputan6.com kutip dari situs Scientific American.
Pada tahun yang sama Fisher menawarkan AG-7 "Anti-Gravity" Space Pen pada NASA. Awalnya, badan antariksa itu ragu, namun setelah melakukan uji coba secara intensif, mereka memutuskan untuk menggunakannya mulai 1967.
Tak hanya NASA, Uni Soviet belakangan juga menggunakannya untuk para kosmonotnya. Dan karena kedua badan antariksa negara tersebut menggunakannya dalam jumlah banyak, mereka bisa membeli dengan harga diskon!
Selain bolpoin yang dipatenkan, tanggal yang sama pada tahun 1786 terjadi tragedi di China. - Bendungan yang terbentuk di Sungai Dadu, Sichuan, China runtuh dan menewaskan 100 ribu manusia. Dipicu gempa yang terjadi 10 hari sebelumnya.
Sementara, pada 10 Juni1574, Raja Phillip II dari Spanyol memberi gelar Insigne y Siempre Leal Ciudad ("Kota yang Penting dan Selalu Setia") pada Manila. hari itu selanjutnya diperingati sebagai hari jadi ibukota Filipina tersebut (Ein/Ado)