Liputan6.com, Carolina - Insiden penembakan massal yang menelan 9 korban jiwa di Gereja Emanuel African Methodist Episcopal meninggalkan duka bagi para jemaat dan warga di Charleston, South Carolina, AS. Doa bersama pun digelar di berbagai wilayah di sana, untuk menghormati para korban.
Beberapa gereja di Charleston penuh terisi jemaat yang mengikuti kebaktian. Adapun di luar Gereja Emanuel AME, tempat insiden penembakan berlangsung, ratusan orang berkumpul untuk memberi penghormatan kepada para korban.
"Kami benar-benar harus berjuang bersama untuk hidup secara beradab dan tak mempermasalahkan ras," ucap Martha Watson yang menghadiri acara tersebut seperti dikutip dari BBC, Jumat (19/6/2015).
Kebaktian untuk mendoakan sembilan korban penembakan dan keluarga mereka diadakan di sejumlah kota, termasuk Miami, Detroit dan Philadelphia.
Di New York, layanan dan protes berlangsung. Para pendemo membawa plakat berisi pesan yang salah satunya berbunyi "Black Lives Matter" (nyawa orang kulit hitam penting) dan "Stop killing black people" (hentikan pembunuhan terhadap orang-orang kulit hitam).
"Seseorang bisa datang dan menyusup ke tempat suci itu, satu dari hanya sedikit tempat yang kami miliki, dan melecehkan tempat itu, kemudian menyerangnya… Ini meninggalkan luka mendalam yang mungkin tidak akan pernah sembuh," kata salah seorang pengurus gereja di kawasan Harlem, Richard Price.
Doa bersama juga dilakukan di luar gedung parlemen AS, Washington DC. Pendeta dari Senat AS, Barry Black, mengatakan insiden penembakan itu akan membuat orang akan merasa ketakutan di tempat ibadah. Padahal di tempat itu seharusnya mereka merasa damai dan tenang.
Presiden AS Barack Obama mengatakan dia dan istrinya mengenal beberapa anggota jemaat Gereja Emanuel AME, termasuk Pendeta Clementa Pinckney yang turut menjadi korban.
"Gereja itu adalah tempat suci bagi sejarah Charleston, saya yakin para jemaat dan komunitas gereja itu akan bangkit," ucap Obama.
Pengetatan Senjata
Menanggapi insiden tragis tersebut, Obama pun menegaskan isu kepemilikan senjata api.  "Pada suatu titik, kita sebagai negara harus mengaku fakta bahwa pembantaian seperti ini tidak terjadi di negara-negara maju lainnya," tutur Obama.
"Kami tidak memiliki semua fakta, tapi kita tahu bahwa, sekali lagi, orang yang tidak bersalah tewas karena orang yang ingin mencelakai tidak kesulitan mendapatkan senjata," kata Obama dalam jumpa persnya di Gedung Putih, Kamis 18 Juni waktu setempat, seperti dikutip dari Usa Today.
Sementara itu, Kandidat Presiden AS Hillary Rodham Clinton mengatakan AS harus menghadapi kenyataan pahit mengenai kepemilikan senjata api. "Berapa warga tak bersalah, mulai dari anak-anak hingga jemaat gereja hingga penonton film, berapa banyak lagi yang harus mati sebelum bertindak?"
Advertisement
Para jemaat Gereja berkumpul pada Rabu 17 Juni 2015 malam ketika penembak berjalan ke gedung. Dia lantas duduk di ruang sidang selama sekitar 1 jam dan kemudian melepaskan tembakan. Demikian kata Kepala Polisi Charleston Gregory Mullen.
Gereja Emanuel African Methodist Episcopal (AME) adalah rumah ibadah umat Kristiani tertua di wilayah selatan Amerika yang dipimpin Senator South Carolina Clementa Pinckney dari Partai Demokrat. Gereja ini merupakan salah satu yang memiliki jemaat kulit hitam tertua dan terbesar di selatan Baltimore- demikian menurut website AME.Â
Dylann Roof, penembak 9 jemaat gereja Afrika Amerika di Charleston, Carolina Selatan, telah ditangkap. Pria berkulit putih berusia 21 tahun itu dicokok di negara bagian tetangga, Carolina Selatan.
Dilansir Channel News Asia, Kamis 18 Juni 2015, Roof ditahan ketika berhenti berlalu lintas di Shelby, Carolina Selatan, sekitar 4 jam perjalanan dari lokasi penembakan. Dia diduga melepaskan tembakan ke arah 6 perempuan dan 3 laki-laki, termasuk seorang pendeta di dalam Gereja Emmanuel ketika mereka tengah berdoa. (Tnt/Yus)