Sukses

Gelombang Panas dan Listrik Putus Pakistan Tewaskan 224 Orang

Banyak di antara para korban adalah warga lanjut usia yang mengalami demam, dehidrasi, dan sakit perut.

Liputan6.com, Karachi - Jumlah korban akibat gelombang panas yang melanda Provinsi Sindh, Pakistan selatan, baru-baru ini terus bertambah. Dilaporkan sekitar dari 224 orang sudah meregang nyawa hingga hari Senin 22 Juni 2015 waktu setempat.

"Sebagian besar korban berasal dari kota terbesar, Karachi yang suhu udaranya mencapai 45 derajat Celsius dalam beberapa hari terakhir," kata para pejabat kesehatan seperti dikutip dari BBC, Selasa (23/5/2015).

Banyak di antara para korban adalah warga lanjut usia yang mengalami demam, dehidrasi, dan sakit perut.

"Gelombang panas juga menyebabkan ratusan orang jatuh sakit, mereka dirawat di rumah sakit pemerintah," ucap pejabat kesehatan di Sindh, Saeed Mangnejo.

Menurut laporan media lokal, lebih dari 150 mayat telah diambil dari kamar mayat Edhi di Sohrab Goth sejak Sabtu 20 Juni -- yang biasanya hanya menerima sekitar 20 mayat sehari.

Wartawan BBC di Pakistan, Shahzeb Jillani, mengatakan suhu tinggi sebenarnya bukan hal yang luar biasa di Pakistan. Namun kali ini diperparah dengan putusnya arus listrik, yang sepertinya tidak bisa mengatasi lonjakan penggunaan daya.

Kebutuhan listrik untuk mesin pendingin ruangan bertepatan dengan peningkatan kebutuhan daya saat Ramadan, ketika umat Islam berpuasa pada siang hari.

Protes pun terjadi di beberapa bagian di Sindh, mereka menyalahkan pemerintah dan penyedia listrik utama kota, K-Electric, karena gagal menghindari kematian warga.

Badan meteorologi memperkirakan cuaca panas akan berlanjut hari Senin dan baru akan berangsur-angsur turun mulai hari Selasa ini.

Gelombang panas di Pakistan sama persis dengan yang terjadi di India, bulan Mei lalu. Kala itu, hampir 1.700 orang meninggal akibat terpapar suhu udara yang mencapai 48 derajat celsius. (Tnt/Mut)