Sukses

Gelombang Panas Arab Bikin Kartu Parkir Meleleh dan Gosong

Gelombang panas yang melanda Uni Emirat Arab (UEA) bukan isapan jempol.

Liputan6.com, Abu Dhabi - Gelombang panas yang melanda Uni Emirat Arab (UEA) bukan isapan jempol. Selain merasa panas, warga di sana juga melaporkan ada beberapa kartu yang terbuat dari plastik mencair atau memudar di bawah sinar matahari langsung.

Menurut laporan warga yang dimuat di Emirates 24/7, terlihat sebuah gambar kartu parkirnya berubah warna akibat terpanggang matahari.

"Gambar terbaik ini mencontohkan intensitas gelombang panas terjadi di wilayah tersebut. Kartu parkir mobilku benar-benar hangus hitam "dimasak oleh matahari"," kata Pratap A.

"Bagian terbaiknya adalah, kartu ini secara teknis dilengkapi dengan sistem baik dan masih bisa memverifikasi keaslian dan validitas kartu, karena saya tidak menerima tiket parkir lagi," tambah Partap.

Warga lain melaporkan kartu Salik miliknya yang terjebak di kaca depan mobilnya meleleh di bagian tepinya. Meski kartu itu masih dapat digunakan ketika melewati gerbang tol.

21 Juni menandai titik balik matahari musim panas, dengan matahari tegak lurus di atas kepala.

Negara ini sedang mengalami hari terpanjang tahun ini, dengan suhu diperkirakan berkisar 40 derajat Celcius. Sebagai pertanda awal resmi musim panas.
 
Namun Badan Nasional Meteorologi dan Seismologi UEA (NCMS) menyatakan suhu melonjak tak biasa untuk bulan Juni, dengan suhu tertinggi yang pernah tercatat sebelumnya 52 derajat Celcius di Yasat pada tahun 2010.

Pada Senin 22 Juni, temperatur tertinggi yang tercatat NCMS adalah 48,2 derajat celsius di Al Qor. Pada 2 dan 3 Juni suhu 50,7 derajat Celcius terjadi di Sweihan.

Cuaca ekstrem di UEA diyakini tidak akan berakhir hingga Juli, yang akan menjadi waktu terpanas bagi UEA.

Temperatur tertinggi adalah 52,1 derajat Celsius di UEA pada Juli 2002, terjadi di Al Jazeera.
 
Dalam 48 jam, UEA akan mengalami cuaca sebagian berawan dan berkabut di beberapa daerah yang diikuti hembusan angin membawa pasir dan debu. Sehingga mengurangi jarak pandang terutama di wilayah yang terkena dampaknya.

Di india, gelombang panas dilaporkan memakan sekitar 2 ribu nyawa. Sementara di Pakistan, lebih dari 800 orang meninggal akibat cuaca ekstrem sejak akhir pekan lalu. (Tnt)

(Baca Juga: Dari India dan Pakistan, Gelombang Panas Kini ke Arab)