Liputan6.com, California - Anjing memang tidak mengerti bahasa manusia, tapi anjing dalam tayangan ini mengerti sedang ditanyai. Video lawas yang diunggah ke YouTube oleh Melissa Lee ini menceritakan bagaimana anjingnya yang bernama Matzo berupaya bersembunyi ketika ditanyai.
Sebelum ditanyai, pemilik anjing itu mendapati tempat sampah yang berantakan dan terguling. Melisa Lee kemudian menanyai Matzo perihal tempat sampah tersebut.
Lucunya, anjing itu seperti mengerti ditanyai dan merasa bersalah. Secara perlahan-lahan, anjing itu mendorong dirinya menjauhi tempat konfrontasi dan mencoba bersembunyi. Persis seperti anak kecil yang berusaha bersembunyi ketika ditanyai tentang suatu kesalahan.
Advertisement
Mengutip Scientific American, sebanyak 74% pemilik anjing percaya bahwa anjing mereka mampu mengungkapkan perasaan bersalah. Seorang pemilik anjing menjelaskannya demikian.
"Saya berperilaku menurut cara tertentu ketika saya merasa bersalah dan anjing saya berperilaku serupa dalam keadaan yang setara. Secara naluri saya mengetahui bahwa perilaku saya didasari rasa bersalah. Karenanya perilaku yang saya amati pada anjing saya juga diiringi rasa bersalah," ucap dia.
Sebanyak 60% pemilik anjing mengakui bahwa perilaku merasa bersalah pada anjing mereka menyebabkan pemilik itu untuk menghukum secara lebih ringan. Para ilmuwan memiliki banyak bukti tentang 'emosi primer', misalnya kebahagiaan dan ketakutan, pada hewan.
Namun demikian, sangat jarang ada bukti empiris tentang emosi sekunder, seperti cemburu, sombong, dan rasa bersalah.
Perdebatan tentang sedikitnya bukti itu lebih karena emosi sekunder sepertinya memerlukan kecerdasan kognitif ketika berurusan dengan mawas diri dan sadar diri, yang mungkin saja tidak ada pada hewan.
Walaupun begitu, Charles Darwin mengamati bahwa sejumlah perilaku yang terkait dengan rasa bersalah, misalnya tunduk kepala dan mengalihkan pandangan, juga terdapat pada spesies primata selain manusia.
Dari sudut pandang lain, hal ini seharusnya tidak mengejutkan karena rasa bersalah menguatkan hubungan sosial dan memperkecil dampak pelanggaran kepada rekan-rekan kemasyarakatan.
Selain pada primata, pola yang sama juga terlihat pada serigala dan anjing peliharaan. Di kalangan serigala, sebagaimana pada hewan-hewan primata, perilaku terkait rasa bersalah menjadi cara menguatkan ikatan sosial, melalui pengurangan konflik dan permintaan toleransi dari anggota-anggota lain dalam kelompok.
Hal ini bisa juga berlaku bagi anjing, walaupun kelompok sosial utamanya melibatkan manusia. Jadi, Matzo bersalah atau tidak?
(Alx/Ans)