Liputan6.com, Siantar - Uni Eropa bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk melaksanakan proyek percontohan, yang bertujuan untuk meningkatkan semua proses dalam rantai pasok pala Siau. Kerjasama dalam Trade Support Programme II (TSP II) itu dilakukan untuk mengidentifikasi dan meningkatkan mutu melalui proses produksi, pengangkutan, dan kemampuan pengujian, sehingga mutu pala Indonesia dapat mencapai tingkat standar internasional yang dipersyaratkan.
Pala Siau yang terkenal dengan nama internasional Siau Nutmeg adalah pala Indonesia yang berasal dari Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara. Sampai saat ini Pala Siau menjadi komoditas unggulan Sulawesi Utara karena memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan pala dari daerah lain. Keunggulan Pala Siau antara lain dari aroma dan mutu minyaknya sehingga disukai oleh konsumen dalam dan luar negeri.
"Saya sangat senang dengan adanya kunjungan untuk proyek percontohan TSP II di Sulawesi Utara, khususnya kepulauan Siau, pusat produksi pala terbesar di Indonesia. Adanya proyek percontohan ini bermaksud untuk membahas isu-isu keamanan pangan ekspor pala Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, karena tingkat kontaminasi aflatoksin yang tinggi dalam beberapa pengiriman ke Eropa," kata Minister Counsellor / Kepala Kerjasama Delegasi Uni Eropa, Franck Viault, di Jakarta, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (26/6/2015).Â
Advertisement
TSP II tidak hanya mendukung petani, pengumpul, dan eksportir sebagai rantai pasok di Siau, tetapi memberikan pelatihan dalam menerapkan standar yang diakui secara internasional. Dan juga membantu upaya Negara untuk memperkuat kerangka hukum dan kontrol resmi ekspor pala, untuk memenuhi persyaratan Uni Eropa. "Hal ini penting karena pala merupakan produk unggulan untuk Indonesia," tambah Viault.
Tim yang ikut dalam proyek tersebut juga memberikan respons positif dengan proyek tersebut.
"Kami mengapresiasi dukungan dari TSP II untuk meningkatkan daya saing dan akses pasar internasional, melalui pengembangan infrastruktur mutu komoditi pertanian pada umumnya. Hasil dari kegiatan ini akan dilanjutkan," ucap tim yang terdiri dari Dr. Gardjita Budi, Direktur Mutu dan Standardisasi, Ditjen PPHP, Kementerian Pertanian.
Rombongan TSP II yang terdiri dari Delegasi Uni Eropa bersama Kementerian Pertanian serta Kementerian Perdagangan melakukan kunjungan selama 3 hari pada 23 sampai 25 Juni 2015 di Manado dan Pulau Siau. Dalam kunjungan tersebut, rombongan melakukan interaksi dengan petani, pengumpul, dan eksportir pala setempat serta melihat secara langsung bagaimana pala diproduksi di perkebunan. Rombongan juga menyaksikan proses pemilihan biji pala layak ekspor, pengemasan, hingga siap ekspor.
Berdasarkan data Food and Agricultural Organization (FAO), Indonesia adalah produsen dan eksportir utama pala dengan 75% pangsa pasar dunia. Ekspor pala Indonesia terbesar ditujukan ke beberapa negara Uni Eropa yaitu Belanda, Jerman, Italia, Belgia, dan Perancis. Sebanyak 37,7% nutmeg Indonesia masuk ke negara-negara Uni Eropa dengan total ekspor pala ke Uni Eropa pada tahun 2014 mencapai US$ 32,1 juta dengan total volume sebesar 2,874 ton.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014), pala Indonesia di negara-negara Uni Eropa menunjukan peningkatan dengan tren nilai ekspor 5,39%.
"Uni Eropa menjadi negara tujuan ekspor pala terbesar, melewati Tiongkok. Uni Eropa dan Indonesia mencari cara untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan menegosiasikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif, yang selanjutnya akan membuka banyak peluang ekspor bagi Tanah Air, dan dengan proyek percontohan pala yang dilakukan dengan TSP II jelas menunjukkan potensi besar bagi Indonesia di sejumlah sektor utama seperti pertanian," jelas Kepala Bidang Perdanganan Uni Eropa, Harvey Rouse.
Menurut Frida Adiati selaku Direktur Standardisasi Kementerian Perdagangan, untuk akses pasar Uni Eropa memenuhi standar mutu dan persyaratan keamanan pangan sangatlah penting. Berkat kerjasama dalam TSP II, dukungan teknis dapat diberikan kepada Pulau Siau, sebagai pilot pengembangan ketelusuran rantai pasok pala.
"Sebuah proyek demonstrasi yang melibatkan eksportir 'local champion' beserta jaringan supplier dan petani di bawahnya, terbukti sangat berguna untuk peningkatan kualitas pala. TSP II juga memberikan dukungan pelatihan bagi eksportir di Manado dan Surabaya, yang juga melibatkan ratusan petani lokal," jelas Frida. (Tnt/Ein)