Liputan6.com, Florida - Perusahaan antariksa swasta SpaceX telah 6 kali berhasil mengirimkan kargo ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), namun kali ini mereka gagal melakukannya. Misi pengiriman barang ketujuh berjalan tak sesuai harapan.
Kapsul robotik Dragon mengudara menggunakan Roket Falcon 9 dari Cape Canaveral Air Force Station, Florida, Amerika Serikat, pada Minggu 28 Juni 2015 pukul 10.21 waktu setempat.
Awalnya, peluncuran berlangsung mulus. Falcon 9 yang menggendong Dragon mengudara tegak, menembus awan, menuju ISS -- yang mengorbit di ketinggian sekitar 360 kilometer di atas planet manusia.
Baca Juga
Namun, ketidakberesan terjadi setelah 2 menit. Falcon 9 tak lagi tegak, ia rebah, kemudian menukik turun dalam kondisi terbakar. Lalu, roket itu meledak.
Advertisement
Asap putih membumbung, bunga api raksasa terbentuk di langit, kemudian terjadi 'hujan' puing-puing ledakan.
Kejadian tersebut adalah kehilangan besar bagi SpaceX. "Ada kondisi kelebihan tekanan (overpressure) pada tangki oksigen cair bagian atas. Data menunjukkan penyebabnya di luar perkiraan," kata pendiri sekaligus CEO SpaceX, Elon Musk lewat Twitter, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains Space.com, Senin (29/6/2015).
Tragisnya, insiden tersebut terjadi bertepatan dengan ulang tahun Musk, yang juga pendiri PayPal, yang ke-44. "Itu yang bisa kami katakan dengan yakin saat ini. Lainnya akan kami sampaikan setelah analisis lebih lanjut."
SpaceX memegang kontrak bernilai US$ 1,6 miliar dari NASA untuk mengirimkan pasokan sebanyak 12 kali ke ISS. Insiden kegagalan kami ini adalah misi pengiriman ketujuh, 6 sebelumnya sukses dilakukan.
Dragon yang meledak membawa lebih dari 1.814 kilogram makanan, perbekalan, dan eksperimen ilmiah.
Kapsul Dragon juga mengangkut kamera resolusi tinggi yang dirancang untuk mengamati dan mempelajari meteor, saat batu angkasa itu melewati atmosfer. Ada juga peralatan yang akan membantu para peneliti memahami lebih baik mikroba yang hadir di ISS, tentang bagaimana organisme itu berubah dan beradaptasi dari waktu ke waktu .
Kecelakaan kemarin menyusul 2 kegagalan misi kargo yang lain. Pada Oktober 2014, roket Antares milik Orbital ATK meledak tak lama setelah lepas landas, menggagalkan misi kargo ketiga perusahaan tersebut.
Orbital ATK -- merger 2 perusahaan Orbital Sciences Corporation dan Alliant Techsystems (ATK) -- menandatangani kontrak senilai US$ 1,9 miliar dengan NASA untuk melaksanakan 9 misi pengiriman.
Sebelumnya, pesawat tak berawak Progress 59 jatuh ke Bumi tanpa sempat mencapai ISS, diduga akibat masalah pada roket Soyuz yang membawanya ke angkasa luar. Tiga kecelakaan tersebut membuktikan, perjalanan ke luar bumi sama sekali tak mudah.
Meski kecelakaan terjadi, pejabat NASA mengatakan, persediaan pasokan di ISS masih cukup hingga musim gugur. "Kalaupun tak ada pengiriman dilakukan, kami dalam kondisi baik sampai Oktober," kata manajer program ISS NASA, Mike Suffredini selama konferensi pers sebelum peluncuran.
Seandainya Dragon berhasil mengirim pasokan bernilai US$ 100 itu, maka pasokan di ISS tersedia hingga akhir tahun.
Namun, pengiriman segera akan dilakukan kembali. Pesawat kargo Progress akan diluncurkan 3 Juli 2015 dari Baikonur Cosmodrome, di Kazakhstan. Pengiriman selanjutnya akan dilakukan pda 22 Juli.
Sementara roket dan pesawat Jepang dijadwalkan mengirim kargo pada 16 Agustus 2015, sementara misi SpaceX berikutnya akan dilakukan September.
Tiga penghuni ISS -- 2 kosmonot Rusia dan astronot NASA, Scott Kelly yang menunggu kedatangan kiriman SpaceX mengaku prihatin. Kelly yang menonton jalannya peluncuran, dalam Twitter-nya berkata, "Space X dalam kondisi sulit." (Ein/Mut)