Liputan6.com, London - Situs whistleblower WikiLeaks mengklaim memiliki bukti bahwa National Security Agency (NSA) Amerika Serikat memata-matai beberapa petinggi Brasil termasuk Presiden Dilma Rousseff, sekretarisnya, dan kepala staf Presiden.
WikiLeaks mengatakan NSA "menguping" pembicaraan 29 pejabat penting Brasil lewat pembicaraan telepon di kediaman Dilma maupun di pesawat kepresidenan, termasuk pembicaraan Dilma dengan segenap menteri, duta besar, dan komandan militer.
Amerika Serikat telah melakukan spionase kepada Brasil untuk memata-matai ekonomi Brasil termasuk kebijakan Bank Sentral Brasil.
Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, dalam pernyataanya seperti dikutip USA Today mengatakan, "Kami menemukan bahwa Amerika tidak hanya memata-matai Presiden Rouseff, tapi juga orang-orang penting lainnya setiap hari."
Tokoh-tokoh yang dimata-matai itu di antaranya adalah mantan menteri luar negeri Brasil periode 2013-2015 yang sekarang adalah duta besar Brasil untuk Amerika Serikat, Luiz Alberto Figueiredo Machado.
Beberapa pejabat Brasil menunjukkan kekesalannya akibat spionase Amerika Serikat. Gilberto Carvalho, tangan kanan Presiden Dilma, bereaksi keras terhadap ulah Amerika dan mengatakan Amerika telah melanggar kedaulatan Brasil. Ia mengatakan Amerika tidak punya hak apa pun untuk itu.
Assange kini berada di Kedutaan Besar Ekuador di London sejak 2012. Ekuador memberikan jaminan kalau dia boleh tinggal selama mungkin. Ekuador memberikan jaminan atas keselamatannya. (Rie/Yus)