Liputan6.com, Oslo Dalam pidatonya di Oslo Education Summit, Malala Yousafzai, aktivis pendidikan dan Peraih Nobel Perdamaian, mengatakan bahwa setiap anak berhak atas 12 tahun pendidikan gratis.
"Anak-anak miskin di negeriku hanya sekolah tiga tahun karena sedikitnya keinginan dan visi pemerintah dalam bidang pendidikan. Itu sangat tidak diterima," seperti dikutip dari ABC.
Malala dalam tulisannya yang dipublikasikan oleh Beyond Basics, yayasan Malala Fund, memanggil negara-negara miskin dan menengah untuk berkomitmen memberikan 20% anggaran pendidikan dari total anggaran mereka. Negara-negara tersebut rata-rata hanya menyisihkan 15% dana untuk pendidikan.
Data terbaru dari UNESCO menyebutkan, angka anak putus sekolah berumur 6 hingga 15 tahun naik hingga 124 juta di tahun 2013 dibanding 2011 yang hanya 122 juta.
"Pemimpin negara abad ke-21 ini harus memenuhi janjinya untuk investasi buku, pendidikan, dan harapan daripada senjata, perang, dan konflik," kata Malala yang kini berusia 17 tahun.
Saat World Education Forum bulan Mei lalu, 100 negara sepakat untuk memberikan pendidikan gratis tingkat SD hingga SMA untuk anak-anak yang akan direalisasikan pada 2030. Data UNESCO mengatakan bahwa anggaran pendidikan gratis 12 tahun akan mencapai 340 miliar per tahun pada tahun 2030, atau sekitar 39 miliar lebih tinggi dibanding sekarang.
Namun, Malala mengatakan anggaran tersebut masih lebih murah dibanding dengan anggaran militer secara global.
"Kenyataan yang mengerikan adalah, sesungguhnya para pemimpin dunia itu punya uang untuk pendidikan, tapi mereka lebih memilih menghabiskan untuk hal lain seperti anggaran militer mereka. Kalau saja seluruh dunia berhenti untuk menghabiskan uang untuk militer, hanya 8 hari, kami bisa dapat 39 miliar. Uang tersebut bisa digunakan untuk 12 tahun pendidikan gratis."
Sama seperti gadis lainnya, Malala sedang menyiapkan ulang tahunnya yang ke 18 pada 12 Juli nanti.
Advertisement
Yang berbeda dibanding gadis seumurannya, Malala tidak meminta kado, melainkan meminta pendukungnya untuk mengirimkan foto lewat sosial media. "Kirim foto kamu yang sedang memegang buku favoritmu, unggah, dan bagikan dengan tagar #BooksNotBullets. Bilang ke kepala negaramu untuk mendanai senjata perubahan sebenarnya: pendidikan." (Ein)