Sukses

Teknologi Sel Punca Membantu Jantung Manusia Memperbaiki Sendiri

Kemajuan teknologi sel punca dirancang untuk membantu jantung yang rusak agar dapat memperbaiki dirinya sendiri.

Liputan6.com, Philadelphia Sekelompok peneliti dari Temple University School of Medicine (TUSM) telah melakukan penelitian menggunakan modul komunikasi yang dihasilkan oleh sel-sel punca untuk membantu membatasi kerusakan karena serangan jantung. Hasilnya sangat menjanjikan.

Sebagai informasi, ketika terjadi serangan jantung, jaringan vital organ itu seringkali rusak parah. Jantung juga tidak mempunyai kemampuan untuk memperbaikinya. Malahan, jantung akan membengkakkan diri dan ini dapat menyebabkan gagal jantung. Untuk mengatasi masalah ini, tim di TUSM memanfaatkan eksosoma (exosome), yaitu zat yang dipakai sel-sel untuk berkomunikasi.

Para peneliti yakin bahwa eksosoma dari sel-sel punca dapat berguna mengatasi kerusakan yang diakibatkan oleh serangan jantung. Sebagai catatan, sel-sel punca mempunyai kemampuan unik untuk bertumbuh menjadi sel jenis apapun dalam tubuh manusia. Sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyuntikan sel-sel punca ke jantung yang rusak ternyata tidak tepat guna, bahkan ada risiko menciptakan teratoma, yaitu sejenis tumor yang terdiri dari kumpulan-kumpulan sel dari jaringan-jaringan yang berbeda.

Untuk menyiasati dampak buruk ini, para ahli hanya menyuntikan zat eksosoma. Percobaan pada tikus-tikus menggunakan eksosoma dari sel-sel punca dan eksosoma dari fibroblas (fibroblast). Hasilnya sangat menjanjikan. Tikus yang menerima suntikan eksosoma dari sel-sel punca menunjukan perbaikan fungsi jantung, lebih sedikit jaringan parut, lebih sedikit sel-sel yang terprogram untuk binasa, dan perkembangan saluran-saluran kapiler yang lebih baik di tempat kerusakan jantung.

Bukan hanya itu, muncul juga sel-sel progenitor jantung yang tidak lain adalah sel-sel punca jantung itu sendiri! Selain dilaporkan oleh Temple University School of Medicine, penelitian ini juga disebarluaskan dalam jurnal Circulation Research. Foto diambil dari Shutterstock.

Video Terkini