Sukses

Bom Mobil Meledak di Depan Konsulat Italia di Mesir

Bom mobil meledak di depan konsulat Italia di Mesir. 1 orang tewas dan 7 orang terluka.

Liputan6.com, Kairo - Sebuah bom mobil meledak di depan kantor konsulat Italia di Kairo, Sabtu (11/07/2015) dini hari tadi. Ledakan tersebut menewaskan satu orang  dan melukai sedikitnya 7 orang serta merusak bangunan itu.

Sampai berita ini diturunkan, belum ada satupun yang bertanggung jawab atas ledakan ini. Mesir sedang dalam kondisi berperang melawan militan. Insiden Sabtu dini hari ini adalah yang pertama yang mentargetkan kedutaan atau perwakilan luar negeri.

Paolo Gentiloni, Menteri Luar Negeri Italia dalam twitter nya berkicau "Tidak satupun korban dari Italia. Dan Italia tidak akan terintimidasi (oleh serangan ini)"

Kantor perwakilan Italia ini berada di tengah kota dekat terminal bus. Sementara, kantor kedutaan mereka berada di daerah lain.

Untungnya ledakan terjadi saat Sabtu pagi, ketika hanya sedikit orang lalu lalang di daerah padat tersebut. Menurut saksi mata seorang fotografer lepas David Degner kepada CNN mengatakan bahwa lokasi kejadian adalah lokasi yang ramai orang melintas.

"Kalau bukan akhir pekan, lokasi ini padat dengan orang lalu lalang," dia menambahkan kerusakan yang terjadi sangat mematikan. "Lihat saja tingkat kerusakan bangungan itu. Tembok runtuh dan ada darah di puing-puing."

Jumlah Serangan Meningkat

Militan telah membunuh ratusan polisi dan tentara semenjak Presiden Mohamed Morsi meningkatkan keamanan di bulan Juli 2013.

Sebelumnya, militan dan ISIS mentargetkan serangan ke gedung-gedung pemerintah milik Mesir. Salah satu insiden bahkan membunuh Jaksa Agung Mesir Hisham Barakat 29 Juni lalu

Pada Februari 2014 sebuah bom meledak mengenai turis Korea Selatan yang mengakibatkan 4 tewas dan 14 terluka.

Bulan ini, Mesir telah memperingatkan para warga asing untuk  meninggalkan negaranya.

Pemerintahan negeri piramida ini bekerja keras untuk menarik turis mengunjungi negaranya musim panas ini. Pariwisata Mesir menyumbangkan 11,3% untuk GDP mereka. (Rie/Ein)

Video Terkini