Sukses

Rahasia Bugar Paus Fransiskus Saat Tur Amerika Selatan

Paus membocorkan rahasia bugar selama kunjungannya Bolivia, yang pasti bukan daun Koka.

Liputan6.com, Vatikan - Usianya tak lagi muda, namun kondisi Paus Fransiskus  terlihat selalu fit. Ia pun membocorkan rahasianya kepada para wartawan tentang rahasia kebugarannya selama tur di Amerika Selatan yang berakhir kemarin, Senin 13 Juli 2015.

Bukan dengan daun koka -- yang dimintanya kepada pemerintah Bolivia untuk mengatasi efek ketinggian saat ia mengunjungi La Paz, tapi obat mujarabnya adalah mate -- teh tradisional yang terkenal dari Argentia.

"Jadi, kalian mau tanya obat saya? Mate rahasianya. Dan untuk lebih jelasnya, saya tidak mencoba sedikitpun Koka," kata Paus Fransiskus dalam perjalanannya menuju Roma, seperti dikutip BBC, Selasa (14/7/2015).

Daun koka adalah bahan mentah untuk kokain yang secara legal dapat digunakan untuk obat-obatan dan upacara keagamaan di Bolivia. Daun dikunyah atau direbus bersama teh yang  berfungsi untuk menenangkan. Ramuan ini juga digunakan untuk menghilangkan mual yang disebabkan oleh ketinggian.

Kunjungan Paus ke Bolivia memicu kontroversi saat Presiden Morales memberikan suvenir salib berbentuk palu dan arit. Kala itu, Paus Fransiskus tampak sedikit terkejut saat melihat pemberian tersebut.

Rumor yang beredar, salib tersebut tidak ia terima. Namun, Paus mengatakan ia mengambil suvenir tersebut dan membawanya ke Vatikan.

Paus Fransiskus Menerima Suvenir Salib Paru Arit dari Bolivia. (Reuters)

Salib berbentuk palu arit itu dirancang oleh Luis Espinal, pemimpin Jesuit yan dibunuh tahun 1980 oleh militan sayap kanan.

"Saya terkejut memang. Saya tidak tahu Pastor Espinal adalah seorang penyair sekaligus pengukir. Paus Espinal terbunuh di tahun 1980, saat itu gereja yang dikenal dengan Liberation Theology Church menghadapi berbagai macam grup, dan salah satunya mengadopsi pemikiran Marxis."

Pada kesempatan yang sama, Paus juga menceritakan pengalamannya tentang selfie.

"Hari ini seorang polisi, laki-laki usia 40 tahunan meminta selfie bareng. Saya tanya: memangnya kamu remaja? Ini benar-benar perbedaan budaya. Saya sangat menghormatinya, tapi saya jadi merasa seperti kakek-kakek," kata Paus Franisiskus menutup pembicaraan. (Rie/Tnt)