Sukses

Revolusi Transportasi, Korut Bangun Jalur Sepeda

Bagi warga Pyongyang, sepeda dianggap bukan alat transportasi.

Liputan6.com, Pyongyang - Jumlah pesepeda yang meningkat cukup tinggi di Pyongyang menjadi pemicu banyaknya insiden kecelakaan antara pengendara roda dua itu dengan pejalan kaki. Karenanya, Pemerintah Korea Utara (Korut) memutuskan membangun jalur khusus sepeda berdampingan dengan trotoar pedestrian.

Sepeda adalah barang mahal tapi akhir-akhir ini menjadi populer di Korut. Kebanyakan pesepeda adalah perempuan yang biasa membawa belanjaan ke pasar barter. Di sana, barang dagangan mereka bisa ditukar dengan kebutuhan lain atau servis perbaikan sepeda.

Semenjak jumlah pesepeda membludak, balok semen sepanjang pedestrian tengah kota Pyongyang diganti dengan jalur sepeda dilengkapi dengan garis putih pemisah dan gambar sepeda. Demikian seperti digambarkan Reuters melalui foto-foto yang dikutip Selasa (14/7/2015).

Pesepeda dilarang bersepeda di jalan aspal kota jalan utama. Mereka harus berbagi jalur di trotoar bersama pejalan kaki. Namun hal itu justru membahayakan kedua belah pihak.

"Ini yang sering terjadi, kecelakaan, tabrakan antara pesepeda dan pejalan kaki. Para pesepeda harus membunyikan bel dan berjalan pelan-pelan," kata Simon Cockerel dari Koryo Tur, satu-satunya travel agen dari Inggris yang bermarkas di Bejing -- biro wisata yang membawa tur orang asing ke Korut.

Pyongyang artinya flat land atau tanah datar, yang secara geografi ramah kepada sepeda. Namun, pemerintah sempat melarang penggunaan sepeda di pusat kota.

Cockerell mengatakan kepada Reuters, bahwa pesepeda di Pyongyang meningkat hingga 50% dalam beberapa tahun terakhir. Meski jumlah sepeda meningkat, masih banyak yang menganggap aneh kalau kendaraan gowes itu dijadikan alat transportasi di sana.

"Bagi warga Pyongyang, sepeda dianggap bukan alat transportasi. Mereka menertawakan ide sepeda sebagai transportasi," tutup Cockerell, yang juga menawarkan tur sepeda ke Korut. (Rie/Tnt)