Sukses

Kisah Para Perempuan di Balik Misi Menguak Rahasia Pluto

Selain mencatat pendaratan bersejarah di Pluto, 25% anggota tim ini adalah perempuan, terbanyak dalam sejarah NASA.

Liputan6.com, Maryland - Pendaratan bersejarah dan gambar-gambar menakjubkan yang dihasilkan New Horizons tidak lepas dari peran orang-orang di belakang layar. Namun tanpa disadari, misi kali ini adalah misi dengan perempuan terbanyak yang pernah dilakukan NASA sepanjang sejarahnya.

"Saya tidak menghitung apakah ini secara teknis angka terbanyak," kata Fran Bagenal, pakar astrofisika yang telah bekerja di berbagai misi NASA selama 4 dekade. "Karena saya telah bergabung di misi Voyager, Galileo tahun 70-an dan puluhan misi lainnya. Saya hanya bisa bilang banyak sekali perempuan," kata Bagenal kepada TheAtlantic.

New Horizons telah terbang selama 9 tahun dan 6 bulan dengan jarak 5 miliar kilometer. Misinya mengambil citra Pluto dan kelima bulannya. Pesawat luar angkasa tanpa awak ini mengirim keseluruhan data dan citra pada Rabu 15 Juli 2015.

Tim New Horizons berjumlah 200 orang, namun ada ribuan ilmuwan dan insinyur yang telah berkontribusi sejak misi ini diluncurkan 10 tahun lalu. Menurut NASA, 25% dari anggota tim inti ini adalah perempuan.  

Hal ini juga disadari oleh Kimberly Ennico, pakar astrofisika yang membangun dan mengkalibrasi instrumen dalam New Horizons.

"Saya ingat suatu masa, saya menjadi satu-satunya perempuan dalam ruangan. Orang-orang mengira saya sekretaris. Saya sadar saat orang itu meminta saya untuk mencatat dan saat itu juga saya bilang, 'saya akan mencatat untuk saya sendiri, bukan untuk Anda'," ujar dia.

Ennico tidak merasa itu menjatuhkan harga dirinya. "Ini misi keempat saya dan sejauh ini, memang banyak perempuan dibanding misi saya sebelumnya."

"Ketika ditanya bagaimana di ruangan yang penuh perempuan dibanding pria? Well, saya merasa normal, dan itu baik.  Apapun kalau hanya satu atau dua perempuan dalam ruangan, baru saya merasa aneh."

Ada kompetisi di antara ilmuwan pria dan perempuan, tapi tidak segencar dulu dan itu dirasakan oleh Ennico. "Kami belum sepadan. Mungkin karena perempuan tidak lagi meminta untuk 'dianggap', dan kami lebih baik bekerja saja. Di situlah kami sukses,"

Sebagian para ilmuan perempuan di depan roket peluncur New Horizons. (NASA)

Diskriminasi terhadap ilmuwan perempuan terdokumentasi dengan baik. Pada 2012 sebuah penelitian dari Yale mengatakan bahwa perusahaan akan mempekerjakan ilmuwan pria dibanding perempuan untuk posisi ahli biologi, ahli kimia, dan fisika. Mereka lebih rela membayar $4000 dollar lebih banyak dibanding perempuan meski keduanya punya kualifikasi yang sama.

Pada April 2015, sebuah jurnal dari PLOS ONE mengatakan ilmuwan perempuan akan bekerja lebih baik bila mereka mempunyai satu atau dua mitra ilmuwan pria.

Bahkan seorang peraih Nobel Biokimia, Tim Hunt, dalam sebuah konferensi ilmiah pernah mengatakan bahwa "cewek" membuat onar dalam laboratorium karena "kau jatuh cinta sama dia, dan dia pun begitu. Tapi saat dikritik mereka menangis."

Rahasia umum asmara di laboratorium dan universitas sudah mengganggu para ilmuan perempuan, itulah sebabnya mereka tidak suka berdiskusi tentang gender.

Namun, untuk misi bersejarah ini, banyak yang tidak setuju bila dikaitkan dengan gender. "Misi ini akan menginspirasi anak perempan untuk jadi ilmuan dan anak laki-laki akan tumbuh dengan "buta gender" dengan melihat perempuan di laboratorium dan ilmu pengetahuan adalah hal yang normal," kata Leslie Young, salah satu wakil project.

"Memang ada banyak perempuan dalam misi ini," kata Cathy Olkin, ahli planet dan wakil investigator New Horizons. "Tapi saya tidak yakin kenapa. Tapi yang saya tahu, New Horizons adalah sebuah grup berisi orang-orang yang bertalenta, pintar, dan mempunyai passion. Inilah yang membuat New Horizons menakjubkan." (Rie/Yus)