Liputan6.com, Washington - Lewat sejumlah acara televisi, Menteri Luar Negeri John Kerry berusaha menjelaskan kepada publik Amerika mengenai perjanjian nuklir bersejarah dengan Iran.
Kerry juga mengatakan perjanjian itu, yang dicapai setelah negosiasi berbulan-bulan antara diplomat dari 7 negara, tidak otomatis memulihkan hubungan diplomatik dengan Iran, demikian dilansir VOA, Senin (20/7/2015).
Kerry yang berbicara Minggu 19 Juli 2015, mengatakan pemerintah menyerahkan teks perjanjian itu kepada Kongres hari Minggu. Kongres mempunyai waktu 60 hari untuk mengkaji perjanjian tersebut sebelum memutuskan untuk menerima atau menolaknya.
Advertisement
Banyak pihak dari Partai Republik di Kongres mengecam perundingan nuklir itu dan berjanji memblokirnya. Pemimpin mayoritas Senat Amerika, Mitch McConnell dari Partai Republik mengatakan Presiden Obama akan mendapat tantangan berat karena perjanjian itu dianggap lebih menguntungkan Iran.
Obama telah mengatakan akan memveto jika Kongres menolak perjanjian nuklir itu.
Hari Sabtu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei mengatakan perjanjian itu bukan berarti mereka bekerja sama dengan Amerika dan sekutunya dalam isu-isu lain.
Komentar itu langsung dikecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang selama ini menentang keras perundingan nuklir itu karena dianggap mengancam keamanan negaranya.
Sejumlah pejabat Amerika akan berangkat ke Timur Tengah untuk meredakan kecemasan negara-negara lain di sana tentang perjanjian nuklir tersebut. Menteri Pertahanan Ash Carter akan mengunjungi Israel dan Arab Saudi minggu ini, sementara Menlu Kerry akan melawat kawasan itu bulan depan.
Perjanjian nuklir itu dijadwalkan akan disahkan Dewan Keamanan PBB hari Senin di Wina. Perjanjian itu mewajibkan Iran mengurangi secara drastis pasokan dan fasilitas pengembangan nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi-sanksi ekonomi.
Pihak Barat selama ini curiga Iran ingin membuat senjata nuklir, tuduhan yang telah berulangkali dibantah Iran. (Ado/Dan)